Kamis, 04 Juli 2013

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MEDAN
Vol 1 No 1 Desember 2012
JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
Vol 1 No 1 Desember 2012
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MEDAN
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah jurnal ilmiah, dengan visi menjadi media informasi
dan komunikasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta sebagai rekomendasi dalam penyusunan
kebijakan pemerintah di bidang TIK
Pengarah
Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Kominfo
Aizirman Djusan, M. Econ
Penanggungjawab
Kepala BBPPKI Medan
Drs. Waladdin Siagian
Ketua Dewan Redaksi
Erisva Hakiki Purwaningsih, M.Kom
Anggota Dewan Redaksi
Dr. Gustianingsih, M. Hum
Dr. Esther S.M. Nababan, M. Sc
Jarudo Damanik, S.Kom
Meilinia Diakonia Br. Ginting, S. Kom
Ketua Redaksi Pelaksana
Marudur Pandapotan Damanik, ST
Anggota Redaksi Pelaksana
Moh. Muttaqin, ST
Maulia Jayantina Islami, S. Kom, MT
Oktolina Simatupang, S. Sos
Sekretaris Dewan Redaksi
Vita Pusvita, ST
Erwin Antonius Manurung, ST
Peer Reviewer/Mitra Bestari
Prof. Dr. Muhammad Zarlis, M. Sc
Prof. Dr. Opim Salim Sitompul, M. Sc
Dr. Poltak Sihombing, M.Kom
Dr. Erna Budhiarti Nababan, MIT
Sekretariat Redaksi
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan
Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Jl. Tombak, No. 31 Medan, Sumatera Utara – Telp/Fax. (061) 6639817
Email: jtik.kominfo@gmail.com
JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
Vol 1 No 1 Desember 2012
2
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terbitnya Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI) Medan untuk pertama kali, Volume I
Nomor I Desember 2012.
Sesuai rencana program BBPPKI Medan, Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi
akan terbit dua (2) kali dalam setahun secara periodik dengan tujuan mempublikasikan ideide
dan temuan para peneliti Komunikasi dan Informatika yang telah tertuang dalam bentuk
tulisan sehingga mampu memberikan pencerahan, perspektif dan ekspektasi tentang
pentingnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam membangun masyarakat
informasi. Hasil-hasil penelitian tersebut diharapkan mampu memberikan pertimbangan
dan solusi yang dibutuhkan oleh para stakeholder untuk mengambil keputusan dan
pembuatan kebijakan.
Oleh karena itu, kepada semua pihak, khususnya peneliti, akademisi, praktisi
teknologi informasi dan komunikasi, diharapkan dapat berpartisipasi menyumbangkan ide
dan pemikiran yang telah tertuang dalam bentuk tulisan ilmiah, terutama hasil penelitian
bidang komunikasi dan informatika.
Pada edisi perdana ini kami menerbitkan enam (6) tulisan, yaitu “Kompetensi
Pengelola dalam Mengatasi Permasalahan Teknis pada Pusat Layanan Informasi
Kecamatan”. Dalam tulisan ini, Marudur Pandapotan Damanik menjelaskan bahwa
kompetensi teknis pengelola PLIK di bidang TIK masih dirasa belum cukup memadai dan
masih perlu untuk ditingkatkan. Hal ini didasarkan pada unit kompetensi yang terdapat
pada SKKNI bidang Computer Technical Support. Selanjutnya Vita Pusvita menulis tentang
“Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan Pusat Layanan Internet Kecamatan di Kota
Banda Aceh” dan menjelaskan bahwa Parameter QoS berupa throughput, delay, packet loss
dan jitter tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan lainnya dalam menentukan suatu
kualitas layanan jaringan. Jika salah satu parameter termasuk dalam kategori kurang baik
maka hal ini dapat menurunkan kualitas layanan jaringan secara keseluruhan. Wicaksono
Febrianto menulis “Perancangan Knowledge Management System Berorientasi Proses
Bisnis (Studi Kasus Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan)”. Hasil analisis
menunjukkan bahwa secara umum semua proses bisnis belum mengoptimalkan semua
komponen yang terdapat dalam framework pemodelan knowledge process dari Strohmaier
yang dimodifikasi menggunakan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.12
tahun 2011 mengenai Pedoman Penataaan Tatalaksana (business process). Jarudo Damanik
menulis tentang “Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e Sebagai Penyaring
Konten pada Jaringan Kantor Pemerintah Kota Batam”. Penyaring konten yang dipakai di
Kantor Pemerintah Kota Batam adalah firebox seri 125e yang memiliki keunggulan
melakukan blok terhadap konten sebuah website secara menyeluruh. Pendeteksian virus,
worm maupun gerakan yang mengarah pada tindakan berupa hack dapat berjalan secara
maksimal melalui perangkat ini. Tasmil melakukan kajian Wireless Intrusion Detection
System untuk mendeteksi serangan Denial of Service terhadap jaringan wireless. Dalam
penerapan, metode WIDS menggunakan tools Snort-Wireless yang berjalan pada sistem
3
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
operasi Linux. Sistem tersebut diuji dengan serangan Denial of Service menggunakan tools
Engage Packet Builder. Paket serangan kemudian dideteksi sebagai sebuah serangan Denial
of Service melalui hasil monitoring paket jaringan. Tasmil menjelaskan penelitiannya dalam
tulisan “Perfomansi Wireless Intrusion Detection System (WIDS) Berbasis Snort untuk
Mendeteksi Serangan Denial of Service”. Moh. Muttaqin melakukan Pengujian yang
menghasilkan nilai-nilai kecepatan berupa angka yang dikonversikan dalam satuan Mega bit
per second (Mbps) dan telah dituangkan dalam tulisan “Analisis Perbandingan Kecepatan
Koneksi Internet PC Client Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dengan Warnet di
Kota Banda Aceh”. Temuan penelitian menunjukkan kecepatan download PC client PLIK
hanya setengah kecepatan download PC client warnet, sementara kecepatan upload PLIK
dan warnet tidak terpaut jauh.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca
sekalian.
Salam,
Redaksi
4
DAFTAR ISI
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Pengantar Redaksi 3
Daftar Isi 4
Lembar Abstrak 5
Kompetensi Pengelola dalam Mengatasi Permasalahan Teknis pada Pusat
Layanan Internet Kecamatan
Marudur Pandapotan Damanik 11
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan Pusat Layanan Internet
Kecamatan di Kota Banda Aceh
Vita Pusvita 25
Perancangan Knowledge Management System Berorientasi Proses Bisnis
(Studi Kasus Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan)
Wicaksono Febriantoro 37
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e Sebagai Penyaring
Konten pada Jaringan Kantor Pemerintah Kota Batam
Jarudo Damanik 51
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System (WIDS) Berbasis Snort
untuk Mendeteksi Serangan Denial of Service
Tasmil 59
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet PC Client Pusat Layanan
Internet Kecamatan (PLIK) dengan Warnet di Kota Banda Aceh
Moh. Muttaqin 67
Pedoman Penulisan Naskah 81
5
6 Lembar Abstrak | Abstract Sheet
Kata kunci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembaran abstrak ini boleh dikopi
tanpa izin dan biaya.
Marudur P. Damanik | BBPPKI Medan
JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012
KOMPETENSI PENGELOLA DALAM
MENGATASI PERMASALAHAN TEKNIS PADA
PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN
Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan bagaimana kompetensi
pengelola Pusat Layanan Internet
Kecamatan (PLIK) dalam mengatasi
permasalahan teknis yang terjadi pada PLIK
di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan
Barat. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatifdan dianalisis secara
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mewawancarai para pengelola
di 9 (sembilan) lokasi PLIK dan pihak Dinas
Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pontianak, disamping melakukan
observasi dan studi literatur. Hasil penelitian
menemukan bahwa kompetensi teknis
pengelola PLIK terasa kurang memadai,
dimana umumnya pengelola hanya mampu
menggunakan komputer dan aplikasi secara
umum, sedangkan dalam aspek
troubleshooting dan penanganan
permasalahan teknis masih sangat kurang.
Temuan lainyang dirasa cukup signifikan
adalah implementasi PLIK yang tidak sesuai
yang diharapkan, dimana terdapat 4 (empat)
lokasi PLIK yang terbengkalai dan
penggunaan sistem operasi non open source
pada perangkat komputer.
Kata Kunci: Kompetensi, SDM,
Telecenter, PLIK,
Permasalahan teknis
MANAGEMENT’S COMPETENCIES IN
OVERCOMING TECHNICAL ISSUES ON
SUBDISTRICT INTERNET CENTER
This study aimed to describe how
management’s competencies play role in
overcoming technical issues on the subdistrict
internet center (PLIK) in Pontianak District,
West Kalimantan. It uses qualitative
approach and anayzed descriptively. The
information was collected through field
studies by performing in-depth interviews to
PLIK managers in 9 locations and also the
authorized officer in the department of
transportation who responsible for handling
telecommunication affairs. This study also
perform some observations and literature
review. The result shows that the technical
knowledge and proficiency of the managers
are still inadequate, where they are only able
to use computer in general and common
applications. Likewise, they are also
considered lack of skills in dealing with
technical issues. Another finding that quite
significant is about the PLIK implementation
that is not as expected, because there are 4
PLIKs that cannot be utilized, and the illegal
use of proprietary operating system.
Keywords: Competence, Human resource,
Telecenter, PLIK, Technical issues
Vita Pusvita | BBPPKI Medan
JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012
ANALISIS TEKNIS KUALITAS LAYANAN
JARINGAN PUSAT LAYANAN INTERNET
KECAMATAN DI KOTA BANDA ACEH
Penelitian ini membahas mengenai
analisis teknis kualitas layanan jaringan
PLIK di Kota Banda Aceh. Pusat Layanan
Internet Kecamatan (PLIK) yang didirikan
oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika kurang mendapat perhatian
JURNAL
TEKNOLOGI
INFORMASI DAN
KOMUNIKASI
Vol 1 No 1 Desember 2012
Lembar Abstrak | Abstract Sheet
7
masyarakat sehingga banyak yang
terbengkalai, rusak dan berubah menjadi
warnet komersial. Salah satu faktor yang
mempengaruhi minat masyarakat secara
teknis adalah kualitas layanan jaringan
yang disediakan. Berkaitan dengan hal ini
Banda Aceh diakui menjadi salah satu kota di
Indonesia yang terdepan dalam mengadopsi
perkembangan teknologi dan informasi,
khususnya internet. Oleh karena itu, Banda
Aceh diharapkan dapat mengadopsi PLIK
dengan baik. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Di dalam penelitian ini dilakukan
pengukuran terhadap parameter-parameter
QoS berupa throughput, jitter, delay dan
packet loss dengan menggunakan Wireshark.
Hasil pengukuran berupa angka-angka yang
menggambarkan kualitas layanan jaringan.
Di Kota Banda Aceh, dari 11 PLIK, hanya ada
3 PLIK yang beroperasi yaitu PLIK
Baiturrahman, Syah Kuala, dan Lheung Bata.
Berdasarkan hasil pengukuran, PLIK Syiah
Kuala dan Baiturrahman memenuhi semua
standar parameter QoS, sedangkan pada
PLIK Lheung Bata, hasil pengukuran packet
loss belum memenuhi standar ITU dan
parameter QoS lainnya sudah memenuhi
standar.
Kata Kunci: PLIK, Kualitas Layanan, Banda
Aceh
TECHNICAL ANALYSIS OF SERVICE NETWORK
QUALITY IN SUB-DISTRICT INTERNET SERVICE
CENTER IN BANDA ACEH
This research is about technical
analysis of network service quality in Sub-
District Internet Service Center in Banda
Aceh. Sub-District Internet Service Center
that is built by Ministry of Communication
and Information Technology is getting less
public attention, so that many of them are
neglected, damaged and turned into a
commercial internet cafe. Technically, one of
the factors that affect the public interest is
Quality of service (QoS) that is provided. In
this regard, Banda Aceh is recognized as one
of the cities in Indonesia at the fore front of
adopting information and technology
developments, particularly the internet.
Therefore, Banda Aceh is expected to adopt
PLIK well. This research uses descriptive
method with quantitative approach. The QoS
parameters consists of throughput, jitter,
delay and packet loss by using Wireshark is
measured in this research. Result of
measurement are numbers that describe
Quality of Service. In Banda Aceh, there are
only 3 of 11 PLIK that are well operated, they
are PLIKBaiturrahman, Syiah Kuala, and
Lheung Bata. Based on the measurement,
PLIK Baiturrahman and Syiah Kuala have
met all the standards of QoS parameters,
while in PLIK Lheung Bata, the measurement
of packet loss has not met the ITU standard
yet and the other parameters have met it.
Keywords: Sub-District Internet Service
Center, Quality of Service, Banda
Aceh
Wicaksono Febriantoro | Balai Diklat
Metrologi
JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012
PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT
SYSTEM BERORIENTASI PROSES BISNIS
(Studi Kasus Balai Diklat Metrologi
Kementerian Perdagangan)
Dalam penelitian ini dirancang
Knowledge Management System (KMS)
berorientasi proses bisnis di dalam lembaga
diklat pemerintahan menggunakan tools dan
metode pemodelan knowledge process dan
perancangan knowledge infrastructure dari
Strohmaier. Proses bisnis yang menjadi studi
kasus pada penelitian ini yaitu proses bisnis
Widya Iswara (WI) di Balai Diklat Metrologi
Kementerian Perdagangan. Identifikasi dan
Analisis awal menunjukkan dari 10 proses
bisnis yang dianalisis, 7 proses bisnis belum
lengkap teridentifikasi knowledge processnya.
Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan
bahwa secara umum semua proses bisnis
belum mengoptimalkan semua komponen
dari knowledge creation sampai dengan
knowledge application. Hasil perancangan
knowledge process yang telah dilengkapi
menghasilkan 53 tahapan proses (ada
tambahan 19 tahapan proses baru). Proses
baru ini sebagian besar ada pada knowledge
transfer dan knowledge application yang
telah terdefinisi. Selain itu dihasilkan juga
rancangan arsitektur KMS dan Information
Technology (IT Tools) sebagai knowledge
infrastructure pendukungnya. IT Tools yang
ada diharapkan dapat mendukung 2 strategi
knowledge process yaitu strategi kodifikasi
(mengelola pengetahuan yang
terdokumentasi) dengan alternatif teknologi
pendukung Document/Content Management
8 Lembar Abstrak | Abstract Sheet
berupa Wiki dan Blog, Search
Engine/Information Retrieval System dan
Expert Locator serta strategi personalisasi
(mengelola tacit knowledge) dengan
alternatif teknologi pendukung Working
Group/Community of Practice Tool, virtual
work space application dan discussion group
based application.
Kata Kunci: Proses Bisnis, Knowledge Process,
Knowledge Management system,
Knowledge Infrastructure.
BUSINESS PROCESS ORIENTED KNOWLEDGE
MANAGEMENT SYSTEM DESIGN
(Case Study of Metrology Training Centre,
Ministry of Trade Republic of Indonesia)
The aim of this study is to desig a
business proces-oriented Knowledge
Management System (KMS) in government
training institutions using the tools and
knowledge modeling methods and knowledge
infrastructure process design of Strohmaier.
Lecturer (WI) business process is the main
case study for this research. The preliminary
identification and analysis showed that 7 of
10 business processes have not been fully
identified in terms of their knowledge
processes. The further analysis showed that
in general, all business processes have not
been optimized yet to fulfill all the
components of knowledge creation to
knowledge application. The results of the
completed knowledge process design showed
that there are 53 stages of the process (there
are new additional 19 stages of the process).
The new processes are largely on the
knowledge transfer and knowledge
application that have been defined. In
addition, KMS architecture and IT tools as
supporting knowledge infrastructure designs
are defined. The IT tools are expected to
support two knowledge process strategies :
the codification strategy (to manage the
documented knowledge) with the supporting
IT Tools such as document / content
management system in the form of wiki and
blog, search engine / information retrieval
system, expert locator and the
personalization strategy (to manage the tacit
knowledge) with the supporting IT Tools such
as working/community of practice tool,
virtual work space application dan discussion
group based application.
Keywords: Business Processes, Knowledge
Process, Knowledge Management
System, Knowledge
Infrastructure.
Jarudo Damanik | BBPPKI Medan
JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012
KAJIAN IMPLEMENTASI WATCHGUARD
FIREBOX SERI 125e SEBAGAI PENYARING
KONTEN PADA JARINGAN KANTOR
PEMERINTAH KOTA BATAM
Kajian implementasi sistem penyaring
konten telah dilakukan di Kantor Pemerintah
Kota Batam. Penyaring konten yang dipakai
adalah firebox seri 125e yang memiliki
keunggulan melakukan blok terhadap konten
sebuah website secara menyeluruh.
Pendeteksian virus, worm maupun gerakan
yang mengarah pada tindakan berupa hack
dapat berjalan secara maksimal melalui
perangkat ini. Namun pemblokiran seluruh
konten yang terdapat pada sebuah website
memunculkan permasalahan, karena tidak
semua konten yang terdapat pada sebuah
situs tersebut negatif. Penelitian ini
menggunakan metoda kualitatif untuk
melihat sejauh mana penggunaan konten
filtering dilakukan di Kantor Pemerintahan
Kota Batam. Kajian ini diharapkan menjadi
masukan Pemerintah Kota Batam untuk
menentukan penggunaan konten filtering
yang efektif. Disarankan untuk menciptakan
sebuah perangkat yang mampu mendeteksi
sebuah konten page per page, sehingga
proses penyeleksian konten dapat dilakukan
secara relevan.
Kata Kunci: Penyaring konten, firebox 125e
series, pendeteksian
A STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF
WATCHGUARD FIREBOX 125e SERIES AS A
CONTENT FILTER IN BATAM LOCAL
GOVERNMENT’S NETWORK
A study on the implementation of the
content filtering system has been done in
Batam local government’s network. The
content filter used is firebox 125e series
which has the adventage to block all of
website content. Detection of viruses, worms
and the movement that led to the action of a
hack to run the maximum through this
device. However, blocking all content on the
website raises a problem because not all of
the website content is negative. In this
researh we apply qualitative method to see
Lembar Abstrak | Abstract Sheet
9
how far content filtering has been used in
Batam Local Government’s Network. This
study is expected to provide input Batam
Local Government to determine effective
content filtering. It is recomended to create a
capable device to detect page per page, so the
selection process can be carried out relevant
content.
Keywords: Content filtering, firebox 125 e
series, detection
Tasmil | BBPPKI Makassar
JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012
PERFOMANSI WIRELESS INTRUSION
DETECTION SYSTEM (WIDS) BERBASIS SNORT
UNTUK MENDETEKSI SERANGAN DENIAL OF
SERVICE
Telah dilakukan kajian Wireless
Intrusion Detection System untuk mendeteksi
serangan Denial of Service terhadap jaringan
wireless. Dalam penerapan metode WIDS
menggunakan tools Snort-Wireless yang
berjalan pada sistem operasi Linux. Sistem
tersebut diuji dengan serangan Denial of
Service menggunakan tools Engage Packet
Builder. Paket serangan kemudian dideteksi
sebagai sebuah serangan Denial of Service
melalui hasil monitoring paket jaringan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan,
metode Wireles Intrusion Detection System
mampu mendeteksi serangan Denial of
Service dengan performasi 54%. Metode
tersebut dapat menjadi solusi keamanan
jaringan nirkabel dari serangan yang setiap
saat dapat mengancam.
Kata kunci: Jaringan nirkabel, WIDS, Denial
of Service
PERFORMANCE OF WIRELESS INTRUSION
DETECTION SYSTEM BASED SNORT FOR
DETECTING DENIAL OF SERVICE ATTACKS
Performance of Wireless Intrusion
Detection System to detect Denial of Service
against wireless network has been studied.
The implementation of this method have been
performed using snort-wireless tools. The
system was tested with Denial of Service
attacks using tools Engage Packet Builder.
Packet attack was then detected as a denial
of service attacks through the monitoring
network packets. From the study, it has been
obtained that the Wireless Intrusion
Detection System were succeded in detecting
the Denial of Service attacks by 54 %. It is
argued that the method might be suitable for
a solution of wireless network security.
Keywords: Wireless Network, WIDS, Denial
of Service
Moh. Muttaqin | BBPPKI Medan
JTIK Vol 1 No 1 Desember 2012
ANALISIS PERBANDINGAN KECEPATAN
KONEKSI INTERNET PC CLIENT PUSAT
LAYANAN INTERNET KECAMATAN (PLIK)
DENGAN WARNET DI KOTA BANDA ACEH
Pusat Layanan Internet Kecamatan
(PLIK) merupakan program pemerintah
melalui Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam upaya pemerataan
informasi dan memasyarakatkan internet
sehat. Kenyataannya, keberlangsungan
program PLIK banyak menghadapi kendala,
terutama kalah populer dibandingkan
dengan warnet yang memiliki segmentasi
konsumen yang sama. Penelitian ini
bertujuan menganalisis perbandingan
kecepatan koneksi PC client PLIK dengan
warnet. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
melalui pengujian kecepatan koneksi
menggunakan alat uji kecepatan online.
Pengujian ini menghasilkan nilai-nilai
kecepatan berupa angka yang dikonversikan
dalam satuan Mega bit per second (Mbps).
Temuan penelitian menunjukkan kecepatan
download PC client PLIK hanya setengah
kecepatan download PC client warnet,
sementara kecepatan upload PLIK dan
warnet tidak terpaut jauh. Tren perubahan
kecepatan koneksi internet pada PLIK terus
menurun seiring perjalanan waktu pagi ke
sore, sedangkan tren perubahan kecepatan
pada warnet hanya kembali meningkat di
waktu sore setelah menurun di waktu siang.
Kata Kunci: Pusat Layanan Internet
Kecamatan, warnet, PC client,
kecepatan koneksi internet
COMPARATIVE ANALYSIS OF PC CLIENT
INTERNET CONNECTION SPEED BETWEEN SUB
DISTRICT INTERNET ACCESS (PLIK) AND
INTERNET CAFE IN BANDA ACEH
Sub-District Internet Access (PLIK) is
the governmental program conducted by
Ministery of Information and Communication
Technology (MICT) in order to evenly
10 Lembar Abstrak | Abstract Sheet
distribute information and socializing safe
internet usage. In fact, the implementation of
PLIK faced many problems, especially it is less
popular compared to internet cafe that has
similar consumer segmentation. This
research aimed to analyze the comparison of
PC client connection speed between PLIK and
internet cafe, using descriptive method and
quantitative approach by testing the
connection speed utilizing online tester. This
test shows the connection speed in numeric in
Mega bit per second (Mbps).The research
found that the PLIK’s download speed is only
a half of internet cafe’s, while comparison of
the upload speed is not significantly different.
The speed changes trend in PLIK’s internet
connection speed is decreased steadily from
morning to afternoon, while internet cafe’s is
increased in the afternoon, after decreased at
noon.
Keywords: Sub District Internet Access,
internet cafe, PC client, internet
connection speed
JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
11
KOMPETENSI PENGELOLA DALAM MENGATASI PERMASALAHAN
TEKNIS PADA PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN
MANAGEMENT’S COMPETENCIES IN OVERCOMING TECHNICAL
ISSUES ON SUBDISTRICT INTERNET CENTER
Marudur P. Damanik
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan
Jl. Tombak No. 31 Medan
marudur.p.d@kominfo.go.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana kompetensi pengelola
Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dalam mengatasi permasalahan teknis yang
terjadi pada PLIK di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatifdan dianalisis secara deskriptif. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara mewawancarai para pengelola di 9 (sembilan) lokasi PLIK dan
pihak Dinas Perhubungan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pontianak, disamping
melakukan observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menemukan bahwa kompetensi
teknis pengelola PLIK terasa kurang memadai, dimana umumnya pengelola hanya mampu
menggunakan komputer dan aplikasi secara umum, sedangkan dalam aspek
troubleshooting dan penanganan permasalahan teknis masih sangat kurang. Temuan
lainyang dirasa cukup signifikan adalah implementasi PLIK yang tidak sesuai yang
diharapkan, dimana terdapat 4 (empat) lokasi PLIK yang terbengkalai dan penggunaan
sistem operasi non open source pada perangkat komputer.
Kata kunci: Kompetensi, SDM, Telecenter, PLIK, Permasalahan teknis
ABSTRACT
This study aimed to describe how management’s competencies play role in
overcoming technical issues on the subdistrict internet center (PLIK) in Pontianak District,
West Kalimantan. It uses qualitative approach and anayzed descriptively. The information
was collected through field studies by performing in-depth interviews to PLIK managers in
9 locations and also the authorized officer in the department of transportation who
responsible for handling telecommunication affairs. This study also perform some
observations and literature review. The result shows that the technical knowledge and
proficiency of the managers are still inadequate, where they are only able to use computer
in general and common applications. Likewise, they are also considered lack of skills in
dealing with technical issues. Another finding that quite significant is about the PLIK
implementation that is not as expected, because there are 4 PLIKs that cannot be utilized,
and the illegal use of proprietary operating system.
Keywords: Competence, Human resource, Telecenter, PLIK, Technical issues
12 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
PENDAHULUAN
Saat ini masyarakat dunia
bergerak dan berevolusi menuju ke
sebuah tatanan baru yang dikenal
sebagai era informasi atau
masyarakat informasi. Sebuah
masyarakat informasi digambarkan
sebagai sebuah bangsa dimana
mayoritas tenaga kerjanya terdiri
dari pekerja informasi, dan informasi
merupakan unsur yang paling
penting.1 Masyarakat informasi tidak
lagi menjadikan informasi hanya
sebagai sesuatu yang biasa, namun
sebagai komoditi atau sesuatu yang
berharga hingga dapat dijual kepada
pengguna informasi. Sebuah
masyarakat informasi terbentuk oleh
semakin baiknya dunia pendidikan
dalam menciptakan tenaga-tenaga
profesional. Perubahan ini juga
didorong oleh kemajuan teknologi
yang ditandai dengan munculnya
beragam produk teknologi
komunikasi seperti televisi,
komputer, telepon genggam, bahkan
teknologi internet yang melahirkan
metode-metode komunikasi baru
seperti e-mail, mailing list, serta
komunitas maya. Perangkat serta
metode komunikasi ini membuat arus
informasi sedemikian cepat hingga
membuat jarak tidak lagi membatasi
dalam melakukan transfer informasi.
Pada tahun 2003 yang
kemudian dilanjutkan pada tahun
2005 para pemimpin dunia
melakukan pertemuan guna
membahas isu-isu yang berhubungan
dengan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) serta pengaruhnya
terhadap kehidupan masyarakat di
dunia. Sebuah konferensi tingkat
tinggi bernamaWorld Summit on the
Information Society (WSIS) yang
diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) bersama dengan
International Telecommunication
Union (ITU) menekankan bahwa
betapa pentingnya peranan TIK
sebagai pilar utama menuju
masyarakat informasi. Di sisi lain juga
disepakati bahwa telah terjadi
kesenjangan digital di antara negaranegara
maju dan negara-negara
berkembang. Maka untuk
mengatasinya para pemimpin
negara-negara di dunia sepakat untuk
membuat target bahwa pada tahun
2015 seluruh desa di setiap negara
sudah terhubung dengan TIK, serta
memastikan bahwa lebih dari
setengah penduduk dunia sudah
mendapatkan akses kepada teknologi
informasi dan komunikasi.
Dalam mendukung komitmen
WSIS, Pemerintah Republik Indonesia
dalam hal ini Kementerian
Komunikasi dan Informatika
(Kominfo) memiliki sebuah program
yang dinamakan Kewajiban
Pelayanan Umum (Universal Service
Obligation/USO) di bidang
telekomunikasi. Program ini
dilaksanakan sesuai amanat Undang-
Undang No. 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi, dimana pada pasal
16 ayat (1) disebutkan bahwa “Setiap
jaringan telekomunikasi dan atau
penyelenggara jasa telekomunikasi
wajib memberikan kontribusi dalam
pelayanan universal.” Program USO
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
13
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
ini memiliki agenda untuk
memperluas akses informasi dan
komunikasi hingga wilayah
perdesaan.Untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2003 program
USO telah membuka akses telepon
umum untuk tiap desa di Indonesia,
dan hingga 2004 telah terbangun
akses di 5.354 desa.
Sebagai tindak lanjut dari
penyediaan akses telepon umum di
perdesaan, di tahun 2009 program
USO dilanjutkan dengan membangun
Pusat Layanan Internet Kecamatan
(PLIK) dengan menyediakan 1 unit
server dan 5 unit personal computer
(PC) client serta akses internet
melalui koneksi satelit. Program ini
bertujuan untuk membuka akses
internet ke seluruh wilayah
kecamatan khususnya wilayah
pelosok di Indonesia. Keberadaan
PLIK dapat dipandang sebagai sebuah
terobosan baru dalam memperluas
akses informasi dan komunikasi bagi
masyarakat. Dengan adanya PLIK
masyarakat khususnya di perdesaan
dapat dengan mudah mendapatkan
informasi pertanian, perdagangan,
dan berbagai informasi lain yang
dibutuhkan. Bagi anak-anak PLIK
juga bermanfaat sebagai media dalam
mencari ilmu pengetahuan, serta
membiasakan diri dalam
menggunakan komputer dan
internet.
Sesungguhnya program PLIK
merupakan langkah nyata
pemerintah dalam mengatasi
kesenjangan digital di Indonesia,
namun pada pelaksanaanya di
lapangan PLIK terasa kurang
termanfaatkan. Berbagai kendala dan
permasalahan timbul dalam
implementasinya. Di beberapa lokasi
terdapat kerusakan perangkat yang
hingga saat ini belum diperbaiki,
bahkan salah satu PLIK di Pontianak
tidak beroperasi sejak awal
pemasangan.
Sebuah penelitian mencoba
merumuskan strategi
implementasinya, dimana salah satu
poinnya adalah dengan melakukan
evaluasi secara langsung ke lokasilokasi
PLIK berada.2 Hal ini bertujuan
untuk dapat memetakan
permasalahan-permasalahan yang
terjadi hingga dapat dicarikan solusi
secara tepat. Namun hal ini tentu
memberatkan mengingat banyaknya
jumlah PLIK yang dibangun, sehingga
sangat membebani baik dalam hal
waktu maupun biayanya. Solusi
terbaik adalah dengan memiliki
pengelola PLIK dalam bidang TIK
sehingga dapat memberikan
pertolongan pertama ketika
perangkat mengalami masalah.
Dengan memiliki pengelola PLIK yang
berkompeten dalam mengoperasikan
serta melakukan perawatan
perangkat, diharapkan kerusakan dan
masalah yang terjadi di PLIK dapat
diselesaikan dengan cepat dan tidak
berlarut-larut.
Dari uraian di atas maka
penelitian ini bertujuan untuk
menjawab permasalahan yang
dikerucutkan menjadi 2 (dua) poin,
yaitu pertama, untuk
menggambarkan kompetensi
14 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
pengelola PLIK, dan yang kedua,
untuk menjelaskan kompetensi apa
yang dibutuhkan pengelola dalam
mengatasi permasalahan teknis di
PLIK. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi gambaran dari
implementasi PLIK yang telah
berjalan, serta diharapkan dapat
memberikan kontribusi dan masukan
bagi pemerintah melalui
Kementerian Komunikasi dan
Informatika maupun Pemerintah
Daerah setempat khususnya dalam
menyelesaikan permasalahanpermasalahan
di Pusat Layanan
Internet Kecamatan.
Kompetensi
Satu hal yang menjadi kunci
dalam mengimplementasikan
pengelolaan sumber daya manusia
(SDM) yang efektif adalah dengan
peningkatan dan pengembangan
kompetensi SDM pada setiap tugas
dan pekerjaan. Hal ini dikarenakan
kompetensi individu biasanya sangat
terkait dengan tugas dan kinerja
organisasi, dimana peningkatan
kompetensi individu akan diikuti
dengan peningkatan kualitas kerja
dan kinerja organisasi.3 Kompetensi
dalam sebuah organisasi atau
perusahaan bertujuan untuk
pembentukan dan evaluasi pekerjaan,
rekrutmen dan seleksi, pembentukan
dan pengembangan organisasi dan
budaya perusahaan, pembelajaran
perusahaan, manajemen karier, serta
sistem imbal jasa.4
Kompetensi menunjukkan
keterampilan atau pengetahuan yang
dicirikan oleh profesionalisme dalam
bidang tertentu sebagai sesuatu yang
terpenting, sebagai unggulan di
bidang tersebut.5 Kompetensi juga
dapat dipandang sebagaikarakteristik
dasar seseorang yang dapat
menghasilkan kinerja yang efektif
dan memuaskan dalam sebuah situasi
atau pekerjaan.6 Di sini Spencer dan
Spencer mengidentifikasi 5 (lima)
jenis karakteristik kompetensi yang
terdiri dari motif, sifat, konsep diri,
pengetahuan, dan keterampilan.Motif
adalah hal-hal yang menstimulasi
tindakan seseorang. Motif juga
berperan dalam mendorong,
mengarahkan dan memilih untuk
melakukan suatu tindakan terentu.
Sifat merupakan ciri fisik dan reaksireaksi
yang bersifat tetap terhadap
situasi atau ketika menerima
informasi. Konsep diri merupakan
sikap, nilai atau gambaran diri yang
dimiliki seseorang. Pengetahuan
adalah informasi yang dimiliki
seseorang pada suatu bidang yang
spesifik. Sedangkan keterampilan
merupakan kemampuan seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas
tertentu. Karakteristik kompetensi
tersebut diwujudkan dalam model
kompetensi gunung es dan model
kompetensi inti dan permukaan.
Dalam model kompetensi
gunung es terdapat karakteristik
kompetensi yang tampak dan yang
tersembunyi. Aspek keterampilan
dan pengetahuan termasuk dalam
karakteristik kompetensi yang
tampak dan berada di permukaan,
karena pada kenyataannya
karakteristik kompetensi ini
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
15
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
hanyalah sesuatu yang mudah
dipelajari dan dikembangkan.
Sedangkan aspek motif, sifat, dan
konsep diri merupakan karakteristik
kompetensi yang sifatnya
tersembunyi, namun merupakan
unsur penting yang membedakan
antara orang yang berkinerja lebih
unggul dibandingkan dengan orang
lain.7
Sumber: Spencer and Spencer, 1993
Gambar 1. Model kompetensi
gunung es dan model kompetensi inti
dan permukaan.
Dengan kata lain, karakteristik
kompetensi yang tampak seperti
pengetahuan dan keterampilan dapat
dikatakan sebagai kompetensi teknis
yang pada dasarnya diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan,
sedangkan karakteristik kompetensi
yang tersembunyi yaitu motif, sifat
dan konsep diri merupakan
kompetensi sikap yang terkait
dengan kualitas hasil dari suatu
pekerjaan.3
Konsep Internet Publik
Dalam banyak penelitian
mengungkapkan, kemudahan dalam
mengakses dan memperoleh
informasi cukup berpotensi dalam
mengubah tatanan ekonomi dan
sosial dalam sebuah masyarakat.8
Namun demikian hal ini juga sangat
memungkinkan terjadinya
ketimpangan informasi yang
disebabkan oleh tidak meratanya
akses kepada teknologi informasi,
dimana terdapat suatu wilayah yang
sangat kaya akan informasi, namun di
lain hal terdapat wilayah yang sangat
minim akan informasi. Perbedaan
yang sangat kontras terlihat mulai
dari perkembangan infrastruktur
telekomunikasi yang umumnya
terkonsetrasi pada wilayah
perkotaan ataupun ibukota suatu
daerah9, yang berimbas pada tidak
meratanya pembangunan sarana
komunikasi dan informasi, dan
berujung pada terjadinya suatu
kesenjangan digital (digital divide).
Untuk mengatasi hal tersebut,
terdapat suatu konsep yang diyakini
dapat menjembatani dan
mempersempit kesenjangan digital
yaitu dengan membangun suatu
ruang publik yang menyediakan
akses internet dan layanan TIK
kepada masyarakat umum khususnya
di wilayah yang kekurangan akses
dan infrastruktur TIK. Hal ini
bertujuan agar masyarakat yang
tidak memiliki akses internet pribadi
tetap dapat menikmati layanan TIK
terutama sambungan internet. Secara
umum terdapat 3 (tiga) bentuk
implementasi dari internet publik,
yaitu telecenter, internet café, dan
internet access point.10 Ketiga bentuk
internet publik ini dibedakan
berdasarkan kepemilikan, lokasi,
pembiayaan, serta fasilitas-fasilitas
yang tersedia di dalamnya.
16 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
Pusat Layanan Internet Kecamatan
(PLIK)
Dalam mengatasi kesenjangan
digital yang terjadi dan menjalankan
hasil komitmen WSIS untuk
menghubungkan semua desa dengan
TIK pada tahun 2015, Kementerian
Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia telah melakukan
sejumlah kebijakan antara lain
melaksanakan program Kewajiban
Pelayanan Universal/KPU (Universal
Service Obligation/USO) seperti yang
tertuang pada Peraturan Menteri
Kominfo Nomor
32/PER/M.KOMINFO/10/2008. Salah
satu bentuk program USO
Kementerian Komunikasi dan
Informatika adalah penyediaan jasa
akses internet pada Wilayah
Pelayanan Universal Telekomunikasi
(WPUT)internet kecamatan yang
terbagi dalam 11 (sebelas) area.
Program penyediaan jasa akses
internet wilayah kecamatan
KPU/USO dilaksanakan dengan
membangunkios internet publik yang
dinamakan Pusat Layanan Internet
Kecamatan (PLIK). Sarana ini
ditargetkan akan dibangun pada
setiap ibukota kecamatan yang
berjumlah 5.748 Satuan Sambungan
Langsung (SSL) yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia (kecuali
DKI Jakarta) sehingga memungkinkan
ter- selenggaranya layanan internet
dan penyebaran informasi lainnya di
daerah-daerah non komersial.
Konsep PLIK di sini
sesungguhnya bukanlah seperti
warung internet (warnet) pada
umumnya. Terdapat aplikasi portal
yang menjadi tampilan awal setelah
pengguna melakukan proses login
melalui aplikasi.Aplikasi portal tidak
hanya sebagai pintu masuk menuju
suatu aplikasi ataupun konten yang
dikehendaki oleh pengguna, namun
juga merupakan single point of view
bagi pengguna, karena aplikasi portal
menampilkan semua aplikasi dan
layanan yang dapat diakses/
digunakan oleh pengguna seperti
aplikasi perkantoran (office), konten,
dan lain sebagainya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Lokasi penelitian
mengambil tempat di Kabupaten
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat,
dan sumber data atau informan
dalam penelitian ini adalah para
pengelola PLIK di Kabupaten
Pontianak, pihak Dinas Perhubungan,
Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pontianak, yang mana
salah satu bagiannya menangani
bidang telekomunikasi, serta
Pemerintah Kecamatan setempat.
Pengumpulan data dilaksanakan
pada bulan Maret 2012, dan
dilakukan dengan tiga cara. Pertama,
dengan melakukan wawancara
mendalam kepada para pengelola
PLIK di Kabupaten Pontianak yang
bertindak sebagai informan
kunci.Wawancara juga dilakukan
kepada pihak Dinas Perhubungan,
Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pontianak dan
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
17
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
Pemerintah Kecamatan setempat
untuk mendapat informasi tambahan.
Kedua, dengan melakukan observasi
terhadap kondisi PLIK di masingmasing
kecamatan untuk mengamati
secara cermat, serta mencatat
temuan-temuan yang relevan.Yang
ketiga adalah dengan melakukan
studi literatur melalui buku-buku dan
penelitian-penelitian terdahulu.
Analisis data kualitatif dimulai
dari analisis berbagai data yang
diperoleh dari lapangan, baik dengan
cara wawancara, observasi, maupun
dokumentasi yang bersumber dari
buku, literatur dan foto. Data tersebut
kemudian diklasifikasikan ke dalam
kategori-kategori tertentu yang
disesuaikan dengan permasalahan
dan tujuan penelitian.
Pengklasifikasian atau
pengkategorian ini harus mempertimbangkan
kesahihan dan
kevalidan data dengan
memperhatikan kompetensi subjek
penelitian, tingkat autensitasnya dan
melakukan triangulasi sumber data.
Terakhir adalah dengan menyajikan
data dengan merangkai dan
menyusun informasi dalam bentuk
satu kesatuan, selektif, serta dapat
dipahami.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum dan Permasalahan
pada PLIK di Kabupaten Pontianak
Berdasarkan data yang
diperoleh, Kabupaten Pontianak
mendapat 9 (sembilan) set perangkat
PLIK yang masing-masing disebar ke
9 (sembilan) kecamatan. Hasil
pengamatan langsung terhadap PLIK
di Kabupaten Pontianak menemukan
beberapa hal yang perlu dicermati.
Secara fisik, kondisi perangkat keras
serta instalasi PLIK umumnya masih
dalam keadaan baik mengingat umur
perangkat yang tergolong masih baru.
Adapun kerusakan komputer seperti
yang terjadi di Kecamatan Siantan
disebabkan bukan karena kualitas
perangkat yang kurang baik,
melainkan karena faktor eksternal
yaitu karena kebanjiran.
Berdasarkan Tabel 1, satusatunya
perangkat yang kualitasnya
patut dipertanyakan adalah UPS,
mengingat perangkat ini mengalami
kerusakan di hampir semua lokasi
PLIK. UPS (Uninteraptible Power
Supply) adalah perangkat yang
berfungsi sebagai backup catu daya.
Perangkat ini diperlukan untuk
menjaga komputer server billing dari
putusnya aliran listrik PLN secara
tiba-tiba yang dapat mengakibatkan
hilangnya data pemakaian
pengunjung dan juga kerusakan pada
sistem operasi dan perangkat lunak.
Penyebab kerusakan UPS memang
belum diketahui secara pasti karena
perlu pemeriksaan oleh teknisi,
namun diperkirakan penyebabnya
adalah kondisi listrik yang tidak
stabil.
Kemudian yang cukup menjadi
perhatian adalah penggunaan
perangkat lunak termasuk sistem
operasi. Sistem operasi yang
digunakan secara resmi untuk
program PLIK adalah sistem operasi
Linux yang berbasis open source.
18 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
Penggunaan sistem operasi Linux
dalam program PLIK bertujuan untuk
mensosialisasikan penggunaan open
source software (OSS) di masyarakat.
Di samping itu penggunaan sistem
operasi Linux bertujuan untuk
menekan penggunaan sistem operasi
bajakan/illegal. Namun hal yang
ditemukan justru sebaliknya.
Kebanyakan PLIK yang berada di
Kabupaten Pontianak telah dirubah
ke sistem operasi komersial
(Windows OS) bajakan. Penggunaan
perangkat lunak bajakan tentunya
sudah menyalahi tujuan PLIK itu
sendiri dalam mensosialisasikan
penggunaan perangkat lunak open
source.
Beberapa alasan yang
dikemukakan para pengelola terkait
penggantian sistem operasi PC client
menjadi Windows ilegal umumnya
karena penggunaan Linux yang
dinilai cukup merepotkan, disamping
alasan teknis lainnya seperti gagalnya
proses log-in akibat password yang
tidak sesuai. Namun secara umum
dapat diketahui bahwa penggantian
sistem operasi lebih dikarenakan
tidak familiarnya para pengelola dan
pengguna PLIK dalam menggunakan
sistem operasi Linux.
Penggunaan sistem operasi
berbasis open source seperti Linux
dalam program PLIK sesungguhnya
adalah langkah yang sangat tepat
dalam memperkenalkan masyarakat
akan OSS. Disamping itu
penggunaannya juga mendidik
masyarakat untuk tidak
menggunakan perangkat lunak
bajakan karena tentunya
bertentangan dengan hukum. Namun
di lain hal, penggunaan perangkat
lunak open source terasa kurang
familiar di kalangan masyarakat
terlebih bagi yang masih awam
dengan komputer dan internet. Oleh
karena itu penggunaan OSS dalam
PLIK mestinya didahului dengan
Tabel 1. Kondisi PLIK di Kab. Pontianak (Maret 2012)
KECAMATAN AKTIF VOUCHER OS KERUSAKAN PERANGKAT KETERANGAN
Siantan Ya Ya WinXP CPU, Mon, Printer, UPS, Switch Kerusakan 2 unit CPU.
Segedong Tidak Tidak WinXP CPU Sama sekali belum pernah
beroperasi
Mempawah Hilir Tidak Tidak - - Sama sekali belum pernah
beroperasi
Mempawah
Timur
Ya Ya WinXP UPS, Printer
Sungai Kunyit Tidak Tidak - UPS, Printer Perangkat hilang. Sama sekali
belum pernah beroperasi
Sungai Pinyuh Ya Tidak WinXP UPS, Switch Menggunakan ISP non
lintasarta
Toho Ya Ya WinXP UPS, Server (overheat), Printer,
Switch
Sadaniang Tidak Tidak Linux Printer, Modem Sempat beroperasi 2 bulan.
Terhenti karena voucher tidak
terkirim
Anjongan Ya Ya Linux UPS, Printer, Switch
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
19
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
pengenalan dan pelatihan OSS bagi
pengelola, sehingga pengelola juga
dapat memberikan pendampingan
bagi masyarakat pengguna PLIK yang
kesulitan ketika menggunakan OSS.
Hasil pengamatan langsung ke
lapangan juga menemukan beberapa
permasalahan dalam implementasi
dan penerapannya. Melihat dari
kendala operasional, pengiriman
voucher internet merupakan masalah
yang utama. Di dalam sistem PLIK,
voucher internet ibarat pulsa pada
telepon genggam. Jika pulsa pada
sebuah telepon genggam telah habis,
tentunya si pengguna tidak akan
dapat melakukan komunikasi.
Demikian juga jika voucher internet
pada server PLIK sudah habis,
pengunjung tidak akan dapat
menggunakan layanan internet di
PLIK. Di samping itu sistem voucher
dibuat agar provider dapat mendata
seberapa banyak penggunaan
sambungan internet oleh
pengunjung. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari petugas Dinas
Perhubungan, pengiriman voucher
internet oleh ISP dilakukan secara
elektronik menggunakan nomor
identitas jaringan, dan setiap PLIK
memiliki nomor identitas jaringan
yang unik. Oleh karena itu
diperkirakan masalah dalam
pengiriman voucher internet di
beberapa lokasi PLIK terjadi
disebabkan adanya kekeliruan data
nomor jaringan pada ISP.
Kegagalan dalam pengiriman
voucher internet mengakibatkan
PLIK tidak dapat beroperasi, seperti
yang terjadi pada Kecamatan
Mempawah Hilir, Sungai Kunyit, dan
Segedong, dimana PLIK bahkan
belum pernah beroperasi dari sejak
awal pemasangan. Mengingat waktu
pemasangan yang berlangsung
sekitar bulan Agustus 2010, maka
terdapat kurang lebih 1,5 tahun
perangkat PLIK terbengkalai dan
tidak termanfaatkan. Dalam hal ini
kurangnya dukungan teknis oleh
pihak penyedia juga dirasakan.
Dari uraian di atas, maka dapat
dirangkum 2 (dua) halyang dapat
dianggap menjadi kendala dan
permasalahan yang bersifat teknis
yang terjadi pada PLIK di Kabupaten
Pontianak yaitu (1) kerusakan
beberapa perangkat, baik itu
perangkat komputer ataupun
perangkat pendukung jaringan; dan
(2) Penggunaan sistem operasi dan
perangkat lunak ilegal/bajakan.
Disamping itu juga terdapat 1 (satu)
permasalahan yang dianggap bukan
permasalahan teknis, namun lebih
pada aspek kebijakan dimana hal
tersebut tidak terkait pada
kompetensi pengelola, yaitu perihal
terkendalanya pengiriman voucher
internet yang mengakibatkan tidak
beroperasinya PLIK.
Kompetensi Pengelola di Bidang
TIK
Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, kompetensi SDM sangat
berpengaruh pada kualitas hasil kerja
individu dan kinerja organisasi.
Demikian pula halnya dalam
mengelola PLIK yang terdiri dari
perangkat-perangkat komputer
20 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
beserta jaringannya,adalah suatu
keharusan bagi SDM pengelola
memiliki kompetensi teknis di bidang
TIK. Hal ini diperlukan untuk
menjamin bahwa PLIKdapat berjalan
dengan baik tanpa terkendala
permasalahan teknis dan perangkat.
Kompetensi teknis yang terdiri
dari aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan dapat diukur melalui
beberapa indikator. Aspek
pengetahuan diukur dengan
indikator-indikator yaitu (1) tingkat
pendidikan formal; (2) pelatihan
teknis yang pernah diikuti; (3)
kemampuan menguasai pekerjaan.
Sedangkan aspek keterampilan
diukur dengan indikator-indikator:
(1) petunjuk teknis pekerjaan; dan
(2) ketelitian dalam menyelesaikan
pekerjaan.11
Pendidikan formal merupakan
dasar utama dalam memperoleh
pengetahuan umum dan
keterampilan, meskipun pendidikan
non formal seperti pelatihan dan
kursus juga mampu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan,
profesionalitas, produktivitas serta
daya saing.12 Dari segi pendidikan
tidak satupun pengelola PLIK pernah
mengenyam pendidikan formal di
bidang TIK ataupun komputer.
Demikian halnya dengan pendidikan
non formal, dimana hanya satu
pengelola yang pernah mengikuti
kursus komputer. Umumnya mereka
memperoleh pengetahuan mengenai
komputer melalui pembelajaran
mandiri secara otodidak serta dari
buku-buku.
Dari aspek penguasaan
komputer dan aplikasi, para
pengelola lebih berpengalaman
menggunakan sistem operasi
Windows beserta aplikasi
pendukungnya, namun pengetahuan
dalam mengoperasikan sistem
operasi berbasis open source terlihat
sangat minim. Hanya pengelola dari
Kecamatan Anjongan yang mengaku
mengerti mengoperasikan Linux
sebagai sistem operasi. Rendahnya
tingkat pemahaman akan sistem
operasi Linux tentunya dapat
menggambarkan mengapa umumnya
sistem operasi komputer di PLIK
telah diubah dari Linux ke Windows.
Disamping itu pengetahuan
pengelola dalam aspek teknis
perangkat keras (hardware)
komputer serta penanganan masalah
dalam komputer juga masih cukup
rendah, kebanyakan dari mereka
tidak memahami fungsi-fungsi
perangkat keras komputer, terlebih
lagi dalam hal mendiagnosa dan
memperbaiki atau mengganti
perangkat yang rusak. Sehingga
ketika terjadi kegagalan dan
kerusakan pada perangkat pengelola
umumnya berkonsultasi dengan
teknisi. Selengkapnya matrik
kompetensi teknis para pengelola
PLIK di Kabupaten Pontianak
disajikan dalam Tabel 2.
Begitupun penguasaan dalam
hal administrasi jaringan masih
belum memadai, dimana terdapat 4
(empat) pengelola yang sama sekali
tidak memahami konsep jaringan
komputer. Lemahnya pengetahuan
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
21
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
pengelola dalam aspek teknis
perangkat keras dan jaringan
komputer mengakibatkan pengelola
belum dapat menangani masalah
secara mandiri dan sangat
bergantung pada bantuan teknisi
komputer.
“… untuk kerusakan perangkat
biasanya kami menggunakan jasa
orang lain”.
(Wawancara: Bpk. Hifni, S.Pd.,
Pengelola PLIK Sungai Kunyit)
Kompetensi yang Dibutuhkan
dalam Pengelolaan PLIK
Jika melihat dari kebutuhan
kerja yang ada dan permasalahan
yang terjadi pada PLIK, serta
berdasarkan kategori kompetensi TIK
yang dikemukakan oleh Sadikin
(2011), maka dibutuhkan kompetensi
teknis yang setara dengan
kompetensi seorang technical
support. Merujuk pada Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) Sektor Teknologi Informasi
dan Komunikasi, maka keahlian atau
unit kompetensi yang dibutuhkan
seorang technical support dapat
dibagi kepada 4 (empat) unsur yaitu
perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software),
perangkat jaringan, dan keamanan.
Untuk memenuhi kebutuhan
akan kompetensi tersebut
seyogyanya pengelola PLIK dipilih
dengan lebih selektif di mana
sebaiknya memiliki pengetahuan di
bidang TIK atau pendidikan yang
mendukung hal tersebut.
Tabel 2.Matrik kompetensi pengelola PLIK di Kab. Pontianak
Poin
Kompetensi
Siantan Segedong M. Hilir M.
Timur
S.
Kunyit
S.
Pinyuh
Toho Sadaniang Anjongan
Pendidikan
formal
S1 SLTA S1 SLTA S1 S1 SLTA SLTA SLTA
Sumber
pengetahuan
komp.
Buku,
otodidak
Otodidak
Buku,
otodidak
Buku,
kursus,
otodidak
Buku,
otodidak
Buku,
otodidak
Buku,
otodidak
Otodidak
Buku,
otodidak
Kursus
komputer
Tidak Tidak Tidak Ya,
office
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Sertifikasi
keahlian
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Pengalaman
menggunaka
n komputer
5 – 6 thn (lupa) (lupa) 15 tahun (lupa) 8 thn 7 thn 2 thn 3 tahun
Pengalaman
menjalankan
warnet
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya, 2 thn Tidak Tidak Tidak
Penguasaan
komputer &
aplikasi
Windows,
penggunaan
secara
umum.
Windows,
instalasi
software,
penggunaan
secara
umum.
Window,
pengguna
an secara
umum.
Window,
pengguna
an secara
umum.
Window,
pengguna
an secara
umum.
Window,
instalasi
software,
pengguna
an secara
umum.
Window,
instalasi
software,
penggun
aan
secara
umum.
Windows,
penggunaan
secara
umum.
Windows,
instalasi
software,
penggunaan
secara
umum.
22 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
Penguasaan
Linux/OSS
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Sebatas
penggunaan
Penguasaan
hardware
&perbaikan
Tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak
Ya Ya
Tidak
Ya
Penguasaan
adm.
Jaringan
Tidak
Ya Tidak Tidak Tidak
Ya Ya
Tidak
Ya
Sebagai alternatif lain,
pemberian pelatihan-pelatihan
mengenai teknis jaringan komputer
dan perangkat juga sangat baik untuk
dilakukan. Pelatihan dirasa cukup
efektif untuk mengembangkan
pengetahuan dan kompetensi
pegelola di bidang TIK. Sebab tidak
dapat dipungkiri, pengetahuan teknis
seperti perbaikandan instalasi
perangkat lunak/keras merupakan
hal yang sangat penting untuk
dimiliki pengelola PLIK, sehingga jika
terjadi permasalahan pada perangkat
dapat segera dideteksi dan ditangani
sendiri. Hal ini tentu cukup
menghemat waktu dan biaya jika
dibandingkan dengan harus
menggunakan jasa teknisi.
Sumber: SKKNI bidang Technical Support (2006), diolah.
Gambar 2. Kompetensi yang dibutuhkan pengelola PLIK
SIMPULAN
Sesuai tujuan penelitian ini,
terdapat 2 (dua) hal yang menjadi
kesimpulan.Yang pertama adalah
bahwa kompetensi teknis pengelola
PLIK di bidang TIK masih dirasa
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
23
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
belum cukup memadai dan masih
perlu untuk ditingkatkan.Hal ini
didasarkan pada unit kompetensi
yang terdapat pada SKKNI bidang
Computer Technical Support.
Pengelola umumnya hanya memiliki
pengetahuan dasar dalam
mengoperasikan komputer dan
aplikasi, sedangkan dalam aspek
pengetahuan dalam menggunakan
aplikasi opensource,jaringan
komputer, dan pemahaman perangkat
keras serta penanganan masalah
(troubleshoot) masih sangat kurang.
Sebagai kesimpulan yang kedua,
kompetensi yang dibutuhkan
pengelola PLIK dalam mengatasi
permasalahan teknis adalah
kompetensi seorang technical support,
yang meliputi pengetahuan dan
keahlian dalam melakukan instalasi,
konfigurasi, upgrading, perawatan,
diagnosa dan perbaikan perangkat
lunak, perangkat keras, serta
perangkat jaringan.Disamping itu juga
memiliki pengetahuan dalam aspek
keamanan seperti mencegah, dan
mengambil tindakan ketika terjadi
serangan virus pada kondisi
menggunakan sistem operasi non
open source, serta mampu melakukan
backup data serta recovery ketika
terjadi kegagalan pada sistem
komputer.
Sebagai rekomendasi, dari hasil
penelitian ini diharapkan adanya
pengembangankompetensi teknis
berupa peningkatan pengetahuan dan
keterampilan pengelola PLIK di
bidang TIK.Pengembangan
kompetensi dapat dilakukan dengan
memberikan pendidikan dan
pelatihanbagi pengelola sehingga
mereka dapat lebih mandiri ketika
terjadi permasalahan di lapangan.
Suatu permasalahan yang terjadi
di satu PLIK dapat menjadi
pembelajaran bagi PLIK lainnya. Oleh
karena itu Kominfo ataupun pihak
penyedia seyogyanyadapat
memfasilitasi sebuah wadah
komunikasi maya semisal forum
ataupun mailing listantara para
pengelola, pihak penyedia, dan
Kominfo.Hal ini dapat menjadi
alternatif media komunikasi untuk
berbagi informasi dan pengalaman
seputar PLIK dan permasalahannya.
DAFTAR PUSTAKA
1Rogers, E. M. 1986. Communication
Technology: The New Media in
Society. New York: Free Press.
2Prianova, Indra Pratama. 2010.
Strategi Implementasi
Penyediaan Pusat Layanan
Internet Kecamatan (PLIK) pada
Pelaksanaan Kewajiban
Pelayanan Universal
Telekomunikasi (KPU/USO) di
Indonesia. Thesis. Universitas
Indonesia, Jakarta
3Vathanophas, V. & Thai-ngam, J.
2007. Competency Requirements
for Effective Job Performance in
Thai Public Sector.
Contemporary Management
Research, 3 (1): 45-70.
4Hutapea, P., Nurianna, T. 2008.
Kompetensi Plus. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
24 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kompetensi Pengelola Dalam Mengatasi... | Marudur Pandapotan Damanik
5Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja.
Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
6Spencer, Lyle M., Jr. and Spencer,
Signe M. 1993. Competence At
Work. New York: John Wiley &
Sons, Inc.
7Wijayanto, A., dkk. 2011. Faktorfaktor
yang Mempengaruhi
Kompetensi Kerja Karyawan.
Manajemen IKM, 6 (2): 81-87.
8Rogers, E. M., Shukla, P., 2001.The
Role of Telecenters in
Development Communication and
the Digital Divide. Journal of
Development Communication 2
(12): 26-31.
9Mutula, Stephen M. 2003.Cyber café
industry in Africa. Journal of
Information Science, 29.
10Wahid, F., Furuholt, B., Kristiansen,
S. 2004.Global Diffusion of the
Internet III: Information Diffusion
Agents and the Spread of Internet
Cafés in Indonesia.
Communication of the
Association for Information
System, 13: 589-614.
11Budiyasa, I Made Astika. 2010.
Pengaruh Motivasi Kerja,
Kepuasan Kerja, Dan
Kemampuan Kerja Terhadap
Prestasi Kerja Karyawan Pada
PT. Sumber Alam Semesta Di
Bangli. Thesis. Universitas
Udayana, Denpasar.
http://www.pps.unud.ac.id
diakes tanggal 17 September
2012.
12Hiryanto. 2009. Meningkatkan
Efektivitas Pendidikan Nonformal
dalam Pengembangan Kualitas
Manusia. Makalah. Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
http://staff.uny.ac.id diakses
tanggal 26 September 2012.
JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
25
ANALISIS TEKNIS KUALITAS LAYANAN JARINGAN PUSAT
LAYANAN INTERNET KECAMATAN DI KOTA BANDA ACEH
TECHNICAL ANALYSIS OF SERVICE NETWORK QUALITY IN SUBDISTRICT
INTERNET SERVICE CENTER IN BANDA ACEH
Vita Pusvita
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Jl. Tombak No.31 Medan
vita.pusvita@kominfo.go.id
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai analisis teknis kualitas layanan jaringan PLIK di
Kota Banda Aceh. Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) yang didirikan oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika kurang mendapat perhatian masyarakat
sehingga banyak yang terbengkalai, rusak dan berubah menjadi warnet komersial. Salah
satu faktor yang mempengaruhi minat masyarakat secara teknis adalah kualitas layanan
jaringan yang disediakan. Berkaitan dengan hal ini Banda Aceh diakui menjadi salah
satu kota di Indonesia yang terdepan dalam mengadopsi perkembangan teknologi dan
informasi, khususnya internet. Oleh karena itu, Banda Aceh diharapkan dapat mengadopsi
PLIK dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Di dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap parameter-parameter
QoS berupa throughput, jitter, delay dan packet loss dengan menggunakan Wireshark.
Hasil pengukuran berupa angka-angka yang menggambarkan kualitas layanan jaringan.
Di Kota Banda Aceh, dari 11 PLIK, hanya ada 3 PLIK yang beroperasi yaitu PLIK
Baiturrahman, Syah Kuala, dan Lheung Bata. Berdasarkan hasil pengukuran, PLIK Syiah
Kuala dan Baiturrahman memenuhi semua standar parameter QoS, sedangkan pada PLIK
Lheung Bata, hasil pengukuran packet loss belum memenuhi standar ITU dan parameter
QoS lainnya sudah memenuhi standar.
Kata Kunci: PLIK, Kualitas Layanan, Banda Aceh
ABSTRACT
This research is about technical analysis of network service quality in Sub-
District Internet Service Center in Banda Aceh. Sub-District Internet Service Center
that is built by Ministry of Communication and Information Technology is getting
less public attention, so that many of them are neglected, damaged and turned into
a commercial internet cafe. Technically, one of the factors that affect the public
interest is Quality of service (QoS) that is provided. In this regard, Banda Aceh is
recognized as one of the cities in Indonesia at the fore front of adopting
information and technology developments, particularly the internet. Therefore,
Banda Aceh is expected to adopt PLIK well. This research uses descriptive method
with quantitative approach. The QoS parameters consists of throughput, jitter,
delay and packet loss by using Wireshark is measured in this research. Result of
measurement are numbers that describe Quality of Service. In Banda Aceh, there
26 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
are only 3 of 11 PLIK that are well operated, they are PLIKBaiturrahman, Syiah
Kuala, and Lheung Bata. Based on the measurement, PLIK Baiturrahman and Syiah
Kuala have met all the standards of QoS parameters, while in PLIK Lheung Bata,
the measurement of packet loss has not met the ITU standard yet and the other
parameters have met it.
Keywords: Sub-District Internet Service Center, Quality of Service, Banda Aceh
PENDAHULUAN
Pusat Layanan Internet
Kecamatan (PLIK) merupakan salah
satu program Universal Service
Obligation(USO) di bidang
telekomunikasi yang telah
dikampanyekan oleh pemerintah
melalui Kementerian Komunikasi dan
Informatika untuk wilayah-wilayah
perbatasan. Sasarannya adalah
mencapai masyarakat berbasis
informasi pada 2025.Dalam
pelaksanaannya, Indonesia
Telecommunication User Group
(IdTUG) mensinyalir sebagian besar
warnet PLIK yang dibangun
Kemkominfo beralih fungsi menjadi
warnet komersial.
Beralih fungsinya PLIK menjadi
warnet komersial tentunya
diakibatkan karena pada umumnya
warnet komersial ini lebih menjadi
pilihan dibandingkan warnet PLIK
yang dibangun oleh Kemkominfo.1 Hal
ini dapat terjadi karena kurangnya
sosialisasi dari pemerintah ke
masyarakat mengenai PLIK, selain itu,
warnet komersial lebih dipercaya
masyarakat baik dari segi jaringan
yang digunakan, maupun kualitas
layanan jaringan yang disediakan.
Secara teknis, dapat dikatakan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi
minat masyarakat adalah kualitas
layanan jaringan yang disediakan
PLIK.
Kualitas Layanan Jaringan atau
sering disebut Quality of Service (QoS)
adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menyatakan persyaratan yang
ditentukan oleh pengguna (manusia
maupun komponen perangkat lunak)
terhadap tingkat layanan yang dapat
disediakan oleh aplikasi. ISO OSI/ODP
mendefinisikan kualitas layanan
sebagai himpunan kualitas dari
perilaku satu atau lebih obyek.Adapun
beberapa parameter QoS yaitu jitter,
delay, throughput, dan packet loss.2
Banda Aceh sebagai salah satu
wilayah perbatasan, diakui menjadi
salah satu kota di Indonesia yang
terdepan dalam mengadopsi
perkembangan teknologi dan
informasi, khususnya internet. Bahkan
kota Banda Aceh diharapkan dapat
bersanding dengan 10 kota lainnya di
dunia yang saat ini telah berhasil
mewujudkan program sebagai kota
berwawasan teknologi, informasi dan
komunikasi seperti Tokyo, San
Fransisco, Beijing dan Singapura.
Pemerintah kota Banda Aceh juga
mengharapkan Banda Aceh dapat
menjadi Islamic Cyber City.3
Dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat menggambarkan
sekaligus menjadi rekomendasi dalam
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
27
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
peningkatkan kinerja jaringan pada
PLIK terutama dalam hal peningkatan
kualitas layanan jaringan secara
teknis pada PLIK di Kota Banda Aceh.
Dengan adanya peningkatan kualitas
layanan jaringan PLIK diharapkan
dapat menarik minat masyarakat
untuk memanfaatkan program
pemerintah dalam menjadikan Banda
Aceh menjadi Islamic Cyber City.
Penelitian ini akan mengambil
fokus masalah yaitu kualitas layanan
jaringan pada PLIK. Kualitas layanan
jaringan dapat dilihat dari beberapa
parameter yaitu jitter, delay,
throughput, dan packet loss. Adapun
rumusan masalah dari penelitian ini
yaitu bagaimana kualitas layanan
jaringan PLIK secara teknis yang
meliputi jitter, delay, throughput, dan
packet loss di Kota Banda Aceh?
Adapun batasan masalah dari
penelitian ini yaitu penelitian ini
berlokasi pada PLIK di Kota Banda
Aceh, penelitian ini hanya mengukur
parameter QoS berupa jitter, delay,
throughput, dan packet loss, parameter
QoS berupa Jitter dan Packet loss yang
diukur merupakan hasil dari
streaming video dari server ke client,
parameter QoS berupa delay dan
throughput merupakan hasil
pengukuran dari keseluruhan
aktivitas jaringan, penelitian ini
menggunakan software Wireshark
dalam pengukuran parameter QoS,
dan pengukuran parameter QoS ini
dilakukan ketika client yang
beroperasi pada PLIK hanya client
yang terlibat dalam proses streaming
jaringan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji secara deskriptif kualitas
layanan jaringan PLIK secara teknis
yang meliputi beberapa parameter
diantaranya jitter, delay, throughput,
dan packet loss di kota Banda Aceh.
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini secara teoritis yaitu
diharapkan dapat menambah
wawasan mengenai layanan jasa akses
internet pada PLIK khususnya kualitas
layanan jaringan internet yang
disediakan PLIK. Sedangkan secara
praktis, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi rekomendasi untuk
pemerintah, khususnya untuk Balai
Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan (BTIP), satuan kerja di
lingkungan Sumber Daya Perangkat
Pos dan Informatika di bawah
Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam hal meningkatkan
kualitas layanan jaringan pada PLIK.
Kualitas Layanan Jaringan
Menurut International
Telecommunication Union (ITU),
Quality of Service (QoS) : ”the collective
effect of service perfomance which
determines the degree of satisfication
of a user of the service”. Kualitas
layanan jaringan menunjukkan
kemampuan sebuah jaringan untuk
menyediakan layanan yang lebih baik
lagi bagi trafik yang melewatinya. QoS
merupakan sebuah sistem arsitektur
end to end dan bukan merupakan
sebuah feature yang dimiliki oleh
jaringan. Adapun beberapa parameter
QoS diantaranya.4
28 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
1. Throughput yaitu kecepatan
transfer data efektif, yang diukur
dalam bps. Throughput merupakan
jumlah total kedatangan paket yang
sukses yang diamati pada
destination selama interval waktu
tertentu dibagi oleh durasi interval
waktu tersebut.
2. Packet loss merupakan suatu
parameter yang menggambarkan
suatu kondisi yang menunjukkan
jumlah total paket yang hilang
dalam sebuah jaringan. Hal ini
dapat terjadi karena collision,
congestion, node yang berkerja
melebihi kapasitas buffersehingga
buffer tidak mampu menampung
data, jumlah trafik yang lewat
melebihi kapasitas bandwidth tidak
sesuai dengan policy, dan memori
node yang terbatas pada
jaringan.Collision dapat terjadi
apabila paket yang melewati suatu
jaringan melebihi kapasitas
bandwith jaringan tersebut.
Sedangkan congestion terjadi jika
pada jaringan terdapat packet loss
sehingga jaringan mengulang
kembali pengiriman (retransmisi)
paket yang hilang, dan hal ini akan
menimbulkan antrian pada
jaringan. Collision dan congestion
harus dihindari dalam sebuah
jaringan. Hal ini berpengaruh
terhadap semua aplikasi karena
akan mengurangi efisiensi jaringan
secara keseluruhan meskipun
kapasitas bandwidth cukup tersedia
untuk apikasi-aplikasi tersebut.
Tabel 1 menunjukkan bahwa
packet loss yang baik yaitu kurang
dari 3%, sedangkan packet loss
yang menyebabkan kualitas
layanan jaringan menjadi jelek
yaitu lebih dari 25%.
Tabel 1. Kategori Packet Loss
KATEGORI
DEGRADASI
PACKET LOSS
Sangat Bagus 0
Bagus 3 %
Sedang 15 %
Jelek 25 %
Sumber: www.scribd.com
3. Delay adalah waktu tunda yang
disebabkan oleh proses transmisi
dari satu titik ke titik lain yang
menjadi tujuannya. Delay dapat
dipengaruhi oleh jarak, media fisik,
kongesti atau juga waktu proses
yang lama.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
delayyang dapat diterima oleh
suatu jaringan yaitu kurang dari
300 ms, sedangkan jika melebihi
450 ms dapat dipastikan jaringan
memiliki kualitas layanan yang
jelek.
Tabel 2.Kategori Delay
KATEGORI DELAY BESAR DELAY
Excellent <150 ms
Good 150 s/d 300
ms
Poor 300 s/d 450
ms
Unacceptable >450 ms
Sumber: www.scribd.com
4. Jitter adalah variasi kedatangan
paket yang diterima pada sisi
penerima. Jitter terjadi karena
adanya retransmisi paket yang
hilang dalam jaringan sehingga
akan menimbulkan antrian di
dalam jaringan. Variasi-variasi
dalam panjang antrian, dalam
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
29
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
waktu pengolahan data dan juga
dalam waktu penghimpunan ulang
paket-paket di akhir perjalanan
inilah yang disebut jitter.
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
jitter yang baik dibawah 75 ms,
sedangkan jika jitter melebihi 125
ms akan mengakibatkan jeleknya
kualitas layanan jaringan.
Tabel 3. Kategori Jitter
KATEGORI
DEGRADASI
JITTER
Sangat Bagus 0 ms
Bagus 0 s/d 75 ms
Sedang 76 s/d 125 ms
Jelek 125 s/d 225
ms
Sumber: www.scribd.com
Pusat Layanan Internet Kecamatan
(PLIK)
PLIK adalah pusat sarana dan
prasarana penyediaan layanan jasa
akses internet di ibu kota kecamatan
yang dibiayai melalui dana Kontribusi
Kewajiban Pelayanan Universal
Telekomunikasi.5
Sumber: www.slideshare.net
Gambar 1.Konfigurasi Jaringan PLIK
Dari Gambar 1 dapat dilihat
konfigurasi jaringan lokal PLIK adalah
Wide Area Network (WAN) yang
terhubung dengan jaringan Local Area
Network (LAN) PLIK dengan
penghubung berupa gateway. WAN
merupakan jaringan komputer yang
mencakup area yang besar. Sedangkan
LAN adalah jaringan komputer yang
jaringannya hanya mencakup wilayah
kecil. Gateway adalah sebuah
perangkat yang digunakan untuk
menghubungkan satu jaringan
komputer dengan satu atau lebih
jaringan komputer yang
menggunakan protokol komunikasi
yang berbeda sehingga informasi dari
satu jaringan komputer dapat
diberikan kepada jaringan komputer
lain yang protokolnya berbeda, dalam
hal ini dari jaringan LAN menuju
jaringan WAN.
Server PLIK terdiri dari gateway
yang terhubung dengan virtual switch
melalui sistem keamanan De-
Militarised Zone (DMZ). DMZ
merupakan mekanisme untuk
melindungi sistem internal dari
serangan hacker atau pihak-pihak lain
yang ingin memasuki sistem tanpa
mempunyai hak akses. Sedangkan
Virtual switch adalah sebuah program
software yang memungkinkan sebuah
virtual mesin terhubung ke lainnya.
Virtual switch pada jaringan PLIK ini
terdiri dari aplikasi push and store
content, billing system dan manajemen
infrastruktur jaringan (Infra mgt).
Infra mgt tersebut adalah mengontrol
pemakaian sumber daya jaringan
(pengaturan bandwidth dan QoS,
pembatasan akses ke server tertentu/
firewall, dll) dan pemakaian
penghematan bandwidth ke luar
30 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
(cache, DNS, web proxy), serta
beragam fungsi lainya (IDS, DHCP, dan
lain-lain).6
Berdasarkan Gambar 1 server
PLIK terhubung ke terminal dengan
menggunakan switch. Switch adalah
sebuah alat yang menyaring/filter dan
melewatkan (mengijinkan lewat)
paket yang ada di sebuah LAN.
Terminal pada jaringan ini adalah
komputer-komputer yang berupa
client.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan yaitu metode deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini menghasilkan data-data
parameter QoS yang bersifat
kuantitatif yang dinyatakan dengan
angka-angka. Nilai parameter QoS
tersebut menggambarkan kondisi
kualitas layanan jaringan pada PLIK.
Adapun tahapan dari penelitian ini
adalah
1. Melakukan streaming video dari
server ke client pada jaringan PLIK.
Aplikasi yang digunakan dalam
streaming video ini yaitu Video
LAN Client (VLC) Media Player dan
pengaksesan internet ke
www.yahoo.com.
2. Pengambilan dan pengukuran data
trafik jaringan PLIK dengan
pengcaptur-an menggunakan
Wireshark 1.6.7.
3. Pengolahan data trafik pada
jaringan PLIK dengan pendekatan
kuantitatif.
Pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu dengan
pengukuran menggunakan salah satu
tool network analyzer yaitu Wireshark.
Adapun beberapa keunggulan
Wireshark dibandingkan dengan
analyzer protokol jaringan lainnya
1. Interface Wireshark menggunakan
Graphical User Interface (GUI) atau
tampilan grafis.
2. Wireshark dapat dijalankan di
berbagai sistem operasi seperti
Windows, UNIX, dan Linux.
3. Wireshark dapat mengenali lebih
dari 850 protokol jaringan.
Berdasarkan beberapa
keunggulan di atas, maka Wireshark
digunakan sebagai tool network
analyzer dalam penelitian ini. Dengan
metode ini diharapkan dapat
memberikan gambaran yang jelas
mengenai kualitas layanan jaringan
PLIK di kota Banda Aceh.
Penelitian ini berlokasi di kota
Banda Aceh, Provinsi Aceh. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah PLIK di Kota Banda Aceh.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini semua PLIK di Kota
Banda Aceh. Jumlah sampel sama
dengan keseluruhan populasi yang
kemudian disebut dengan total
sampling.
Sumber data penelitian ini dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu data
primer dan data sekunder. Data
primer dalam penelitian ini
merupakan data hasil pengukuran
terhadap parameter kualitas layanan
jaringan pada PLIK. Sedangkan data
sekunder dalam penelitian ini yaitu
berupa data mengenai PLIK maupun
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
31
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
mengenai jaringan khususnya
parameter kualitas layanan jaringan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut data dari
Dishubkomintel Kota Banda Aceh,
PLIK di Kota Banda Aceh yang telah
dibangun ada 11 PLIK. Dari ke-11
PLIK, hanya ada 3 PLIK yang
beroperasi. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4.
Penelitian ini diawali dengan
melakukan streaming video dari
server ke client dan pengaksesan
internet ke www.yahoo.com. Setelah
itu dilakukan pengcapturean lalu
lintas jaringan menggunakan
Wireshark pada pc server. Kemudian
didapatkan hasil pengukuran
parameter QoS seperti pada Tabel 5.
Pengukuran delay dan
throughput didapat dari seluruh
aktifitas lalu lintas jaringan baik akses
internet maupun streaming server.
Hasil pengukuran packet lost dan jitter
merupakan hasil pengukuran
streaming server dari server ke client
dengan menggunakan jaringan LAN.
PLIK Baiturrahman
Tabel 5 menunjukkan PLIK
Baiturrahman memiliki throughput
sebesar 20544,464 bytes/detik. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam setiap
detiknya, rata-rata byte yang diterima
disisi penerima pada jaringan PLIK
Baiturrahman sebesar 20544,464 byte
dari keseluruhan lalu lintas jaringan
baik dari akses internet maupun
proses streaming server.
Packet loss yang
terjadi pada jaringan
ini sebesar 0%. Packet
loss ini hanya diukur
dari server ke client
pada proses streaming
server. Pada Tabel 1,
dapat dilihat bahwa
Tabel 4.Perbandingan Kondisi PLIK Data Dishubkomintel dan Data Lapangan
No Nama PLIK Data Dishubkomintel Data Lapangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Baiturrahman 1
Baiturrahman II
Banda Raya 1
Banda Raya II
Jaya Baru
Kuta Alam
Kuta Raja
Lheung Bata
Meraxa
Syiah Kuala
Ulee Kareng
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Beroperasi
Tidak Beroperasi
Beroperasi
Tidak Beroperasi
Tidak Beroperasi
Tidak Beroperasi
Tidak Beroperasi
Tidak Beroperasi
Beroperasi
Tidak Beroperasi
Beroperasi
Tidak Beroperasi
Sumber: Dishubkomintel Kota Banda Aceh
Tabel 5. Hasil Pengukuran Parameter QoS
No
Nama PLIK
Parameter QoS
Throughput
(bps)
Delay
(detik)
Packet
loss
(%)
Jitter
(ms)
1
2
3
Baiturrahman
Lheung Bata
Syiah Kuala
20544,464
31147,977
26642,768
0,0451
0,0152
0,0484
0
9,5
0
0
0
0
32 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
packet loss yang baik menurut standar
ITU yaitu kurang dari 3%, sehingga
dapat dikatakan packet loss jaringan
ini sangat baik. Hal ini berarti tidak
ada satupun paket yang hilang dalam
jaringan, dengan kata lain semua
paket yang dikirim oleh pengirim
dapat diterima semua disisi penerima.
Dengan jumlah packet loss yang sangat
baik, kemungkinan hal ini terjadi
karena bandwidth yang disediakan
PLIK Baiturrahman memang mampu
menampung jumlah trafik yang lewat
pada jaringan. Hal ini dapat mencegah
terjadinya collision dalam suatu
jaringan yang dapat menyebabkan
adanya paket yang hilang.
Kemungkinan lainnya, buffer
jaringan mampu menampung paket
yang mengalami congestion. Hal ini
terjadi jika trafik yang melewati
jaringan melebihi kapasitas
bandwidth sehingga terjadi congestion
pada jaringan.
Jitter atau variasi kedatangan
paket pada jaringan PLIK
Baiturrahman sebesar 0 ms. Jitter ini
hanya diukur dari server ke client pada
proses streaming server. Berdasarkan
Tabel 3, menurut standar ITU didapat
bahwa jitter yang berkualitas baik
yaitu kurang dari atau sama dengan
75 ms sehingga jitter dari jaringan
PLIK Baiturrahman ini dapat
dikategorikan sangat baik. Hal ini
menandakan bahwa kualitas jaringan
PLIK ini sangat bagus sehingga semua
paket yang dikirim dapat bersamaan
sampai di sisi penerima. Hal ini juga
dapat memberikan kemungkinan
bahwa jaringan tersebut tidak
mengalami congestion sehingga tidak
adanya perbedaan variasi waktu
dalam antrian dan pengumpulan
ulang paket-paket di akhir perjalanan
(di sisi penerima).
Sedangkan delay pada jaringan
PLIK Baiturrahman sebesar 0,0451
detik. Delay jaringan ini diukur dari
seluruh lalu lintas jaringan baik akses
internet maupun proses streaming
server. Delay ini termasuk dalam
kategori sangat baik, karena kurang
dari standar ITU. Delay berkualitas
baik yaitu kurang dari 300 ms. Hal ini
menunjukkan waktu tunda dari
proses transmisi pada jaringan
tersebut kecil. Sehingga saat
streaming video dilakukan, hanya
dengan waktu tunda 0,0451 detik
maka hasil video streaming sudah
dapat diterima disisi penerima.
Adapunbeberapa kemungkinan
kondisi jaringan PLIK Baiturrahman
diantaranya jumlah paket yang
melewati jaringan tidak melebihi
kapasitas jaringan dengan melihat
nilai persentasi packet loss yaitu
sebesar 0 % dan jitter 0 ms,
throughput yang sampai disisi
penerima kecil sehingga jumlah paket
yang diterima di sisi penerima juga
kecil, jaringan PLIK Baiturrahman
tidak mengalami collisiondilihat
berdasarkan packet loss sebesar 0 %,
jaringan tidak mengalami
congestiondengan nilai jitter 0 ms,
semua paket yang melewati jaringan
dapat diterima di sisi penerima dapat
dilihat persentasi packet loss sebesar
0%, dan gambar hasil cuplikan video
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
33
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
streaming berkualitas kurang baik
dikarenakan throughput yang kecil.
Hasil pengukuran parameter
Quality of Services (QoS)PLIK
Baiturrahman dapat dikatakan baik,
karena memenuhi standar QoS yang
telah ditetapkan oleh ITU. Tetapi PLIK
ini membutuhkan peningkatan
bandwidth sehingga throughput yang
dihasilkan di sisi penerima akan
menjadi lebih baik.
PLIK Lheung Bata
PLIK Lheung Bata memiliki
throughput sebesar 31147,977
byte/detik. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam 1 detik, sisi penerima
(client) dapat menerima sebesar
31147,99 byte dari keseluruhan lalu
lintas jaringan baik dari akses internet
maupun proses streaming server.
Packet loss yang terjadi pada
jaringan PLIK Lheung Bata ini sebesar
9,5 % yaitu sebanyak 529 paket hilang
dari 5031 paket. Packet loss ini hanya
diukur dari server ke client pada
proses streaming server. Kategori
degrasi yang dialami jaringan ini
masuk kedalam tahap sedang. Dari
tabel 1 dapat kita lihat bahwa standar
ITU packet loss suatu jarigan
daikatakan baik yaitu kurang dari 3%.
Adanya packet loss dalam jaringan ini
dapat disebabkan berbagai
kemungkinan di antaranya collision,
congestion, node yang berkerja
melebihi kapasitas buffer sehingga
buffer tidak mampu menampung data,
jumlah trafik yang lewat melebihi
kapasitas bandwidthyang tersedia,
dan memori node yang terbatas pada
jaringan. Walaupun demikian jumlah
bytes yang mampu diterima di
jaringan ini lebih besar dibandingkan
jaringan lain.
Berdasarkan hasil pengukuran
menggunakan Wireshark, jitter atau
variasi kedatangan paket pada
jaringan PLIK Lheung Bata sebesar 0
ms. Jitter ini hanya diukur dari server
ke client pada proses streaming server.
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
standar ITU suatu jitter dikatakan baik
yaitu di bawah 75 ms sehingga jitter
jaringan PLIK Lheung Bata ini
dikategorikan sangat baik. Tetapi
pada umumnya jika suatu jaringan
mengalami packet loss, maka akan ada
jitter dalam jaringan tersebut karena
adanya pengiriman ulang paket-paket
yang hilang sehingga menyebabkan
adanya antrian dalam pengumpulan
paket disisi tujuan. Dengan demikian
jaringan ini tidak melakukan
pengiriman ulang kembali paketpaket
yang hilang sehingga jaringan
tersebut tidak mengalami congestion
yang menyebabkan tidak adanya
perbedaan variasi waktu dalam
antrian dan pengumpulan ulang
paket-paket di akhir perjalanan (di
sisi penerima).
Delay yang terjadi pada jaringan
PLIK Lheung Bata yaitu sebesar
0,0152 detik. Delay jaringan ini diukur
dari seluruh lalu lintas jaringan baik
akses internet maupun proses
streaming server. Delay ini dapat
dikategorikan sangat bagus karena
jauh lebih kecil dibandingkan standar
ITU untuk delay kualitas baik yaitu 0,3
detik (lihat tabel 2). Dengan waktu
0,0152 detik maka sisi penerima
34 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
dapat menerima hasil streaming video
yang ditransfer dari server. Dengan
kata lain, waktu tunda proses tansmisi
jaringan PLIK Lheung Bata sangat
kecil.
Adapun beberapa kemungkinan
kondisi jaringan PLIK Lheung Bata di
antaranya jumlah paket yang
melewati trafik jaringan melebihi
kapasitas bandwidth jaringan dilihat
berdasarkan packet loss sebesar 9,5%,
throughput yang diterima di sisi
penerima sudah cukup baik sehingga
kualitas gambar hasil cuplikan video
pun sudah baik, jaringan PLIK ini
kemungkinan mengalami collision
dengan adanya persentasi
pengukuran packet loss sebesar 9,5%,
jaringan PLIK Lheung Bata tidak
mengalami congestion dengan nilai
nilai jitter sebesar 0 ms, tidak semua
paket yang melewati jaringan diterima
di sisi penerima dengan persentasi
packet loss sebesar 9,5%, dan hasil
gambar cuplikan video yang tidak
sempurna dapat terjadi karena adanya
packet loss yang kemungkinan besar
karena adanya collision.
Hasil pengukuran parameter QoS
pada jaringan PLIK Lheung Bata
menunjukkan bahwa masih ada
parameter QoS pada jaringan PLIK
Lheung Bata yang masih tidak
memenuhi standar parameter QoS
yaitu packet loss. Untuk menghindari
adanya packet loss yang terjadi
diakibatkan oleh collision, maka
sebaiknya dilakukan manajemen
bandwidth sehingga dapat dilakukan
pengaturan agar packet loss yang
terjadi tidak melebihi standar packet
loss untuk kualitas baik yaitu 3 %. Jika
throughput dianggap terlalu kecil
maka dibutuhkan penambahan
bandwidth pada jaringan PLIK ini.
PLIK Syiah Kuala
Jaringan pada PLIK Syiah Kuala
memiliki throughput sebesar
26642,78 bytes/detik. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah bytes
yang diterima setiap detiknya sebesar
26642,78 bytes dari keseluruhan lalu
lintas jaringan baik dari akses internet
maupun proses streaming server.
Packet loss yang terjadi pada
jaringan PLIK ini sebesar 0 %. Packet
loss ini hanya diukur dari server ke
client pada proses streaming server.
Persentasi packet loss ini termasuk
dalam kategori sangat bagus. Hal ini
menandakan bahwa pada jaringan ini
tidak ada paket yang hilang selama
proses transmisi. Packet loss yang
sangat baik menandakan adanya
kemungkinan bandwidth yang
disediakan PLIK Syiah Kuala memang
mampu menampung jumlah trafik
yang lewat pada jaringan. Sehingga
hal ini dapat mencegah terjadinya
collision dalam suatu jaringan yang
dapat menyebabkan adanya paket
yang hilang. Kemungkinan lainnya,
buffer jaringan mampu menampung
paket yang mengalami congestion. Hal
ini terjadi jika trafik yang melewati
jaringan melebihi kapasitas
bandwidth sehingga terjadi congestion
pada jaringan.
Jitter atau variasi kedatangan
paket dari hasil pengukuran
menggunakan Wireshark pada
jaringan PLIK Syiah Kuala yaitu
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
35
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
sebesar 0 ms. Jitter ini hanya diukur
dari server ke client pada proses
streaming server. Jitter ini termasuk
dalam kategori sangat baik karena
standar ITU untuk jitter dengan
kualitas baik yaitu kurang dari 75 ms.
Hal ini juga dapat memberikan
kemungkinan bahwa jaringan
tersebut tidak mengalami congestion
sehingga tidak adanya perbedaan
variasi waktu dalam antrian dan
pengumpulan ulang paket-paket di
akhir perjalanan (di sisi penerima).
Delay yang terjadi pada jaringan
PLIK Syiah Kuala yaitu sebesar 0,0484
detik. Delay jaringan ini diukur dari
seluruh lalu lintas jaringan baik akses
internet maupun proses streaming
server. Tabel 2 menunjukkan bahwa
standar ITU untuk kualitas delay yang
baik yaitu kurang dari 0,3 detik
sehingga dapat dikatakan bahwa delay
jaringan ini termasuk dalam kategori
sangat baik. Hal ini berarti dengan
waktu tunda sebesar 0,0484 detik
maka sisi penerima dapat menerima
hasil streaming video yang ditransfer
dari server. Dengan kata lain, waktu
tunda proses tansmisi jaringan PLIK
Syiah Kuala sangat kecil.
Berdasarkan penjelasan diatas,
maka dapat dilihat beberapa
kemungkinan kondisi jaringan PLIK
Syiah Kuala diantaranya jumlah trafik
paket data yang melewati jaringan
tidak melebihi kapasitas bandwidth
dengan melihat persentasi packet loss
sebesar 0 % dan jitter yang bernilai 0
ms, throughput yang diterima di sisi
penerima cukup baik sehingga gambar
hasil cuplikan video di terima di sisi
penerima tidak mengalami kerusakan,
jaringan tidak mengalami collision
yang dapat dilihat dari persentasi
packet loss sebesar 0 %, jaringan tidak
mengalami congestion (antrian) dapat
dilihat dari parameter jitter yaitu 0
ms, semua paket yang melewati
jaringan PLIK Syiah Kuala dapat
diterima di sisi penerima dapat dilihat
dari persentasi packet loss sebesar
0%, dan gambar hasil cuplikan video
sudah baik, dikarenakan throughput
yang memang baik, persentasi packet
loss 0%, dan jitter yang bernilai 0 ms.
Jaringan PLIK Syiah Kuala sudah
mampu memenuhi kebutuhan
parameter QoS yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat dilihat dari segi kualitas
gambar baik hasil pengukuran
parameter QoS. Tetapi jika throughput
yang dihasilkan dirasakan masih
kurang, maka sebaiknya diadakan
penambahan kapasitas bandwidth.
SIMPULAN
Parameter QoS berupa
throughput, delay, packet loss dan
jitter tidak dapat dipisahkan antara
yang satu dan lainnya dalam
menentukan suatu kualitas layanan
jaringan. Jika salah satu parameter
termasuk dalam kategori kurang baik
maka hal ini dapat menurunkan
kualitas layanan jaringan secara
keseluruhan. Kualitas layanan
jaringan dapat dikatakan baik jika
throughput yang dihasilkan besar,
delay yang terjadi pada jaringan kecil
yaitu di bawah 0,3 detik, packet loss
yang terjadi kurang dari 3 % dan jitter
pada jaringan kurang dari 750 ms.
36 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Teknis Kualitas Layanan Jaringan ... | Vita Pusvita
PLIK Baiturrahman memiliki
kualitas layanan jaringan yang dapat
dikatakan baik, karena memenuhi
standar QoS yang telah ditetapkan
oleh ITU. Hanya saja throughput pada
PLIK ini dapat dikatakan lebih kecil
dibandingkan PLIK lainnya.
Sedangkan, hasil pengukuran
parameter QoS pada jaringan PLIK
Lheung Bata menunjukkan bahwa
masih ada parameter QoS pada
jaringan PLIK Lheung Bata yang
masih tidak memenuhi standar
parameter QoS yaitu packet loss. Pada
jaringan PLIK Syiah Kuala sudah
mampu memenuhi kebutuhan
parameter QoS yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil
pengukuran parameter QoS yang
sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA
1Pritoyo, Arief. 2011. Sebagian Besar
Warnet PLIK Tidak Bermanfaat.
(http://www.bisnis.com/articles
/sebagian-besar-warnet-pliktak-
bermanfaat, diakses tanggal
17 Januari 2012).
2Dewani, Ratna, Adi Dewanto. 2007.
Upaya Peningkatan Kualitas
Layanan Internet Melalui
Pendekatan Model Akses
Berbasis Persepsi Pengguna.
Universitas Negeri Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Teknik
Elektronika.
3Perkembangan Teknologi Banda
Aceh Melejit. 2011. (http://www.
rakyataceh.com/index.php?open
=view&newsid=BeritaUtama-
PerkembanganTeknologiBandaA
cehMelejit, diakses tanggal 27
Februari 2012).
4Institut Teknologi Telkom.2011.
Kualitas Layanan Jaringan Pada
Sistem Telekomunikasi,
(http://www.scribd.com/doc/75
973224/Bab-4-QoS, diakses
tanggal 17 Januari 2011).
5Perubahan Atas Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika
Nomor:
48/Per/M.Kominfo/11/2009
Tentang Penyediaan Jasa Akses
Internet Pada Wilayah
Pelayanan Universal
Telekomunikasi Internet
Kecamatan.
6BTIP. Pusat Layanan Internet
Kecamatan.
(http://www.slideshare.net/Uba
yt/share-presentasi-plik, diakses
tanggal 17 Januari 2012)
JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
37
PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM
BERORIENTASI PROSES BISNIS
(Studi Kasus Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan)
BUSINESS PROCESS ORIENTED
KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DESIGN
(Case Study of Metrology Training Centre, Ministry of Trade
Republic of Indonesia)
Wicaksono Febriantoro
Staff Seksi Promosi & Kerjasama, Balai Diklat Metrologi, Kementerian Perdagangan
Jl. Daeng Muhammad Ardiwinata km 3,4 Cihanjuang, Parongpong, Bandung
wicaksono.f@gmail.com
ABSTRAK
Dalam penelitian ini dirancang Knowledge Management System (KMS) berorientasi
proses bisnis di dalam lembaga diklat pemerintahan menggunakan tools dan metode
pemodelan knowledge process dan perancangan knowledge infrastructure dari
Strohmaier. Proses bisnis yang menjadi studi kasus pada penelitian ini yaitu proses bisnis
Widya Iswara (WI) di Balai Diklat Metrologi Kementerian Perdagangan. Identifikasi dan
Analisis awal menunjukkan dari 10 proses bisnis yang dianalisis, 7 proses bisnis belum
lengkap teridentifikasi knowledge process-nya. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan
bahwa secara umum semua proses bisnis belum mengoptimalkan semua komponen dari
knowledge creation sampai dengan knowledge application. Hasil perancangan knowledge
process yang telah dilengkapi menghasilkan 53 tahapan proses (ada tambahan 19
tahapan proses baru). Proses baru ini sebagian besar ada pada knowledge transfer dan
knowledge application yang telah terdefinisi. Selain itu dihasilkan juga rancangan
arsitektur KMS dan Information Technology (IT Tools) sebagai knowledge infrastructure
pendukungnya. IT Tools yang ada diharapkan dapat mendukung 2 strategi knowledge
process yaitu strategi kodifikasi (mengelola pengetahuan yang terdokumentasi) dengan
alternatif teknologi pendukung Document/Content Management berupa Wiki dan Blog,
Search Engine/Information Retrieval System dan Expert Locator serta strategi
personalisasi (mengelola tacit knowledge) dengan alternatif teknologi pendukung
Working Group/Community of Practice Tool, virtual work space application dan discussion
group based application.
Kata Kunci : Proses Bisnis, Knowledge Process, Knowledge Management system,
Knowledge Infrastructure.
ABSTRACT
The aim of this study is to desig a business proces-oriented Knowledge Management
System (KMS) in government training institutions using the tools and knowledge modeling
methods and knowledge infrastructure process design of Strohmaier. Lecturer (WI)
business process is the main case study for this research. The preliminary identification and
analysis showed that 7 of 10 business processes have not been fully identified in terms of
their knowledge processes. The further analysis showed that in general, all business
processes have not been optimized yet to fulfill all the components of knowledge creation
38 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
to knowledge application. The results of the completed knowledge process design showed
that there are 53 stages of the process (there are new additional 19 stages of the process).
The new processes are largely on the knowledge transfer and knowledge application that
have been defined. In addition, KMS architecture and IT tools as supporting knowledge
infrastructure designs are defined. The IT tools are expected to support two knowledge
process strategies : the codification strategy (to manage the documented knowledge) with
the supporting IT Tools such as document / content management system in the form of
wiki and blog, search engine / information retrieval system, expert locator and the
personalization strategy (to manage the tacit knowledge) with the supporting IT Tools
such as working/community of practice tool, virtual work space application dan discussion
group based application.
Keywords : Business Processes, Knowledge Process, Knowledge Management System,
Knowledge Infrastructure.
PENDAHULUAN
Reformasi Birokrasi bagi
Kementerian / Lembaga dan
Pemerintah Daerah dimaksudkan
antara lain untuk mendorong
terwujudnya organisasi yang efektif
dan efisien. Untuk mewujudkan
organisasi seperti itu, setiap instansi
pemerintah harus siap untuk
memanfaatkan kekayaan
pengetahuan yang dimilikinya,
termasuk belajar dari pengalamanpengalaman
di masa lampau. Secara
umum hal itu diwujudkan dalam
bentuk peraturan dan prosedur kerja
dalam organisasi tersebut, serta
rangkaian kegiatan untuk perubahan
dan penyempurnaannya. Kendala
yang sering dihadapi adalah
kenyataan bahwa pengetahuan dan
pengalaman organisasi tersebut
seringkali tersebar, tidak
terdokumentasi dan bahkan mungkin
masih ada di dalam kepala masingmasing
individu dalam organisasi.1
Knowledge Management atau
manajemen pengetahuan merupakan
upaya untuk meningkatkan
kemampuan organisasi dalam
mengelola aset intelektualnya yaitu
pengetahuan dan pengalaman yang
ada. Tujuannya tentu saja adalah
memanfaatkan aset tersebut untuk
mencapai kinerja organisasi yang
lebih baik untuk mempercepat
pencapaian tujuan pelaksanaan
reformasi birokrasi.1
Balai Diklat Metrologi (BDM)
merupakan salah satu unit Eselon III
di Kementerian Perdagangan yang
bertugas memfasilitasi dan
menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan (diklat) kemetrologian bagi
Sumber Daya Manusia (SDM)
Kemetrologian di seluruh Indonesia.
Menurut Permendag No.7 tahun 2010,
Diklat kemetrologian bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan di bidang kemetrologian.
Keberadaan Pengajar / Widya
Iswara (WI) senior yang belum
ditunjang dengan sistem transfer
pengetahuan yang sistematis kepada
WI junior (yang baru) akan
memunculkan resiko terjadinya
knowledge lost dari materi diklat yang
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
39
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
diajarkan. Belum termotivasinya/
terbentuknya budaya knowledge
sharing diantara sesama WI beserta
media yang mendukungnya juga
merupakan salah satu gejala yang
patut diperhatikan. Dampaknya tentu
saja bagi para WI junior akan
memerlukan waktu yang lebih lama
dan usaha yang lebih keras untuk
menguasai suatu materi bahan ajar,
serta BDM akan sangat bergantung
kepada individu tertentu yang
menguasai materi bahan ajar
dikarenakan belum
terinstitusionalkan pengetahuan
individu menjadi pengetahuan
organisasi.
Jika ditinjau dari konsep
pemodelan knowledge process dari
Strohmaier2 SECI dan Ba3 dapat
dilihat bahwa belum ada sistem yang
mengatur dan mengorganisasikan
dalam proses knowledge creation,
storage dan retrieval, transfer maupun
application yang berperan penting
dalam proses konversi tacit
knowledge menjadi explicit knowledge.
Selain itu media/ruang yang
disediakan untuk pembelajaran
selama ini masih berupa ruang kelas
dan laboratorium saja, belum
memberi banyak kesempatan
terhadap adanya media lain (elearning
via web, mobile learning, dan
lain sebagainya).
Knowledge Management System
(KMS) selaku sistem pendukung
manajemen pengetahuan4 diperlukan
untuk mengatasi berbagai kendala
yang muncul dalam proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) di BDM.
Belum adanya transfer pengetahuan
yang sistematis dari WI senior kepada
junior merupakan salah satu
permasalahan yang membuat sistem
pendidikan dalam jangka panjang
akan mengalami banyak kendala.
Selain itu, BDM belum mempunyai
panduan yang detail berupa proses
bisnis dan standart operating
procedure (SOP) dari tiap aktivitas WI
baik pra diklat, proses maupun pasca
diklat. Proses bisnis yang jelas
diperlukan supaya pengetahuan para
WI dapat terkelola dengan baik.
Konsep yang utama dari KMS adalah,
setiap orang harus mengelola
pengetahuannya sendiri. Setelah itu
barulah organisasi dapat melakukan
pengumpulan, pengorganisasian, dan
penggunaan pengetahuan dari SDM
nya supaya menjadi keunggulan
kompetitif untuk menghadapi
persaingan yang semakin ketat.5
Hasil akhir yang diharapkan dari
penelitian ini yaitu terciptanya
rancangan KMS untuk meningkatkan
kapabilitas organisasi. Desain KMS
yang terbentuk nantinya diharapkan
dapat menunjang kegiatan
peningkatan kompetensi dan
kapasitas WI. Lebih lanjut diharapkan
kapabilitas BDM dapat meningkat
sehingga mendukung terbentuknya
BDM menjadi organisasi pembelajar
(learning organization), dimana aset
utama sebuah organisasi pembelajar
adalah living/intangible asset yang
terdapat di dalam pengetahuan
seluruh anggota organisasi.
40 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
METODE PENELITIAN
Pada intinya tahapan dalam
perancangan KMS dibagi menjadi 6
(enam) digunakan pendekatan
metode kualitatif, dengan langkah
seperti pada Gambar 1 sebagai
berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemodelan KMS Berorientasi
Proses Bisnis
Hasil Identifikasi Knowledge
Process
Dalam mengidentifikasi
knowledge process ini digunakan
sebanyak 4 proses sebagai berikut2 :
1. Knowledge creation :
mengidentifikasi kebutuhan
knowledge background (latar
pengetahuan).
2. Knowledge application :
mengidentifikasi pengetahuan
yang diperlukan oleh masingmasing
knowledge domain.
3. Knowledge transfer :
membandingkan aktivitas yang
ada (kondisi eksisting) dengan
pihak/organizational roles yang
membutuhkan.
4. Knowledge storage :
mengevaluasi content dari storage,
latar belakang dan bentuknya.
Gambar 1. Kerangka Kerja Penelitian
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
41
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
Gambar 2. Siklus KM Dari KD B
Dapat dilihat pada Gambar 2.
bahwa yang terlibat dalam knowledge
creation penyusunan modul yaitu
pengetahuan mengenai dokumen
RB/RP, kemudian disimpan sebagai
draft modul (softcopy). Akan tetapi
dapat dilihat pada gambar bahwa
knowledge application dari
penyusunan modul ini belum
terdefinisi dengan baik, artinya bahwa
pengetahuan ini belum digunakan
oleh organizational roles yang lain
untuk menciptakan pengetahuan baru.
Begitu pula dengan knowledge
transfer belum terdefinisi dengan baik
(ditandai dengan tanda tanya ?).
Jika dianalisis lebih lanjut
ternyata tidak hanya dokumen RB/RP
saja yang berperan di dalam
penciptaan pengetahuan mengenai
penyusunan modul, akan tetapi ada
beberapa latar pengetahuan lainnya
yang mempengaruhi. Latar
Pengetahuan berguna dalam
penciptaan pengetahuan baru, agar
pengetahuan yang dihasilkan lebih
lengkap sudut pandangnya. Tabel 1.
Identifikasi Latar Pengetahuan
Knowledge Domain (KD) B
mengidentifikasi latar pengetahuan
yang diperlukan oleh WI dalam
menghasilkan pengetahuan mengenai
penyusunan modul.
Tabel 1. Identifikasi Latar
Pengetahuan KD B
No Kode Knowledge Domain Deskripsi
1 A RB/RP
WI dapat menggunakan RB/RP sebagai pedoman
dalam menyusun modul mencakup kemampuan yang
harus dimiliki siswa setelah mengikuti pelajaran
beserta indikator keberhasilan, pokok bahasan yang
akan disajikan, metode KBM, Alat/Media yang
digunakan dan alokasi waktu.
2 B Bahan Ajar dan Modul Diklat
WI dapat mengambil referensi dari modul yang telah
dipakai sebelumnya. Dari pengetahuan ini WI dapat
belajar dari pengalaman dan best practices di dalam
melakukan penyusunan modul yang baik.
3 C Slide WI dapat mengolah setiap informasi yang ada pada
slide untuk melengkapi modulnya
4 D Tatap Muka
WI dapat mengolah setiap pengetahuan yang timbul
dari diskusi di kelas, meliputi studi kasus di daerah
tertentu, regulasi di daerah, dll untuk memperbaharui
modul diklatnya.
5 E Soal Ujian
WI dapat mengolah setiap informasi yang ada pada
soal ujian yang telah diterbitkan sebagai bahan
referensi bagi modul (yang relevan dengan pokok
bahasan).
6 F Bimbingan Karya Tulis
WI dapat menggunakan hasil
penelitian/kajian/analisis yang terdapat pada karya
tulis peserta diklat untuk memperbaharui modul
diklatnya (yang relevan dan sesuai).
7 G Laporan dan Materi Diklat
WI dapat menggunakan dan mengolah pengetahuan
yang didapat dari hasil diklat untuk memperbaharui
modul diklatnya
8 H Karya Tulis Ilmiah
WI dapat menggunakan hasil
penelitian/kajian/analisis yang dibuat dalam karya
tulis ilmiahnya untuk memperbaharui modul diklat.
9 I Hasil Penerjemahan
WI dapat mengolah dan menggunakan hasil
penerjemahan jurnal,standar atau referensi terbaru
dari luar negeri untuk memperbaharui dan
memperkaya materi modulnya
10 J
Laporan Pelaksanaan Kegiatan
(Moderator/Narasumber)
WI dapat menggunakan pengetahuan dari laporan
pelaksanaan kegiatan untuk memperbaharui dan
memperkaya materi modulnya
Selanjutnya akan ditunjukkan
pengetahuan yang menggunakan KD B
dan organizational roles yang
menggunakannya.
42 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
Tabel 2. Knowledge Application dari
KD B
No KD Pengetahuan yang terlibat Kode
Organizational
Roles
1 A Dokumen RB/RP WI Widyaiswara
2 B Bahan Ajar dan Modul Diklat WI Widyaiswara
3 C Slide WI Widyaiswara
4 D Tatap Muka (Daftar Hadir + SAP) WI Widyaiswara
5 E Soal Ujian WI Widyaiswara
6 F Bimbingan Karya Tulis (Form Kontrol) WI Widyaiswara
7 G Laporan dan Materi Diklat WI Widyaiswara
8 H Karya Tulis Ilmiah WI Widyaiswara
9 I Hasil Penerjemahan WI Widyaiswara
10 J Laporan Pelaksanaan Kegiatan (Moderator
/ Narasumber) WI Widyaiswara
Dari Tabel 2 diketahui bahwa
semua yang menggunakan KD B
adalah organization roles WI, oleh
karena itu knowledge transfer kepada
WI harus dipastikan ada di dalam
proses bisnis untuk memfasilitas hal
ini. Adapun karena transfer
pengetahuannya antara WI  WI,
maka alternatif bentuk transfer
sebagai berikut pada Tabel 3.
Tabel 3. Knowledge Transfer dari KD B
No KD Pengetahuan yang terlibat Transfer Alternatif Bentuk
1 A Dokumen RB/RP WI - WI
Rapat Koordinasi
Penyusunan Modul dg WI
yang serumpun, Jika
Diperlukan dapat diadakan
diskusi yang lebih luas dan
dalam mengenai topik
tertentu melalui Rapat
dengan seluruh WI
ataupun forum In House
Seminar,dll
2 B Bahan Ajar dan Modul Diklat WI - WI
3 C Slide WI - WI
4 D Tatap Muka (Daftar Hadir +
SAP) WI - WI
5 E Soal Ujian WI - WI
6 F Bimbingan Karya Tulis (Form
Kontrol) WI - WI
7 G Laporan dan Materi Diklat WI - WI
8 H Karya Tulis Ilmiah WI - WI
9 I Hasil Penerjemahan WI - WI
10 J Moderator / Narasumber WI - WI
Kemudian langkah terakhir yaitu
mengenai knowledge storage. Untuk
mendesain knowledge storage yang
baik ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :
1. Pengetahuan mengenai modul
sebaiknya tersimpan dengan baik
dan tercatat perubahan/perbaikan
yang dilakukan dari tahun ke tahun.
2. Latar belakang / latar pengetahuan
mengenai perubahan / perbaikan
modul juga harus tercatat dengan
rapi supaya jelas kronologis
perubahannya. Misal ada
perubahan regulasi yang berakibat
adanya perbaikan pada modul,
maka harus ditulis dengan jelas
mengenai perubahan tersebut dan
alasannya (adanya change log).
Nantinya para WI dan peserta
diklat dapat belajar dari
perubahan-perubahan tersebut
beserta alasannya.
3. Bentuk knowledge storage juga
harus diperhatikan, hendaknya
berupa file elektronik yang
terstruktur baik dari segi penulisan
maupun penyimpanan. Untuk lebih
detilnya mengenai bentuk
knowledge storage akan dibahas
pada perancangan teknologi
pendukung knowledge
infrastructure.
Dari empat analisis diatas dapat
dirangkum kedalam siklus knowledge
management yang telah dilengkapi
sebagai berikut pada Gambar 3.
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
43
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
Gambar 3. Siklus KM yang telah
dilengkapi dari KD B
Rancangan Model KMS Berorientasi
Proses Bisnis
Setelah knowledge process
dilengkapi, langkah selanjutnya yaitu
menyusun model KMS berorientasi
proses bisnis. Pemodelan ini
divisualisasikan menggunakan model
identifikasi knowledge process dari M.
Strohmaier.2 Model KMS yang
dirancang sudah mengakomodir
perubahan terbaru. Dengan adanya
perubahan ini maka aliran
pengetahuan dari siklus KM sudah
terdefinisi dengan baik sehingga
siklus KM dapat tercipta dengan baik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Hasil Pemodelan
Knowledge Process dari KD B
Analisis Teknologi dalam KMS
Dalam merancang aspek
teknologi (knowledge infrastructure)
akan digunakan framework
perancangan knowledge infrastructure
dari Strohmaier2 sebagai berikut pada
Gambar 5.
Gambar 5. Alur Perancangan
Knowledge Infrastructure2
Dari framework tersebut
terdapat tiga langkah perancangan
knowledge infrastructure sebagai
berikut.
1. Definisi Knowledge Proses
Pada tahap awal ini yang dilakukan
yaitu memetakan model knowledge
process as-is dan to be.
Pada tahap ini juga ditentukan fit
criteria (tujuan yang ingin dicapai
44 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
dengan perancangan knowledge
infrastructure). Fit criteria ini
nantinya akan digunakan di dalam
validasi knowledge infrastructure.
2. Desain Knowledge Infrastructure.
Pada tahap ini akan di-desain
Arsitektur dan IT Tools
berdasarkan fit criteria dan hasil
analisis pemodelan knowledge
process berorientasi proses bisnis
beserta alternatif teknologi yang
didapat dari studi literatur. Desain
pada jurnal ini akan berfokus pada
IT Tools terutama layer data,
infrastructure dan knowledge
services. Selain IT Tools, model
konseptual KMS juga dijelaskan
pada tahap ini.
3. Validasi Desain Knowledge
Infrastructure
Langkah validasi merupakan
langkah terakhir dari perancangan
knowledge infrastructure. Pada
langkah ini dilakukan validasi
terhadap desain knowledge
infrastructure dalam hal dukungan
terhadap knowledge process
menggunakan fit criteria. Dalam
tahap ini dapat diketahui apakah
desain sudah memenuhi Z atau
belum, jika belum maka proses di
tahap ke dua dapat diulangi lagi.
Selain fit criteria validasi juga
dilakukan dengan perbandingan
terhadap teori dan regulasi
sehingga menghasilkan triangulasi
validasi.
Definisi Knowledge Processs
Identifikasi model knowledge
process dapat dilihat pada gambar 9,
sedangkan perancangan knowledge
process yang telah dilengkapi. Dari
sini kemudian akan dirancang fit
criteria sebagai tujuan perancangan
knowledge infrastructure (KI). Fit
Criteria ini akan dirancang
berdasarkan beberapa teori KMS2,4
dengan batasan berupa regulasi dari
Kementerian PAN mengenai
knowledge management di instansi
pemerintah.1 Adapun rekapitulasi
hasil fit criterianya adalah sebagai
berikut :
1. Organizational Roles harus dapat
mengakses kebutuhan
pengetahuan yang diperlukan.
2. Organizational Roles harus dapat
menyediakan/mengisi
pengetahuan dalam KI.
3. Knowledge yang disimpan harus
dapat didukung dan dimanage oleh
KI.
4. Knowledge harus dapat ditransfer
dengan baik oleh KI.
5. KI harus dapat memfasilitasi
kebutuhan kolaborasi pengetahuan
antara knowledge worker.
6. Model kolaborasi juga harus dapat
memfasilitasi kebutuhan untuk
melakukan kolaborasi kapan saja
dan dimana saja (tidak terbatas di
dalam kantor saja).
Desain Knowledge Infrastructure
Dari perancangan knowledge
flow proses bisnis widyaiswara, ada 2
strategi terkait cara individu (WI)
mendapatkan dan berbagi
pengetahuan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas sebagai WI.
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
45
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
Strategi tersebut nantinya akan
mempengaruhi rancangan knowledge
infrastructure. Strategi tersebut yaitu.6
1. Codification Strategy: Strategi ini
menitikberatkan pada
pengumpulan, kodifikasi dan
penyebaran informasi (explicit).
Strategi ini akan sangat
bergantung kepada IT. Salah satu
keuntungannya yaitu penggunaan
kembali pengetahuan yang ada.
Strategi Kodifikasi pada proses
bisnis widyaiswara dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Proses Pengetahuan dan
Teknologi Pendukungnya (Kodifikasi)
Proses Pengetahuan Teknologi yang mendukung
Dokumentasi Konten
Doc / Content Management
(Wiki, blog)
Pencarian dan Mendapatkan
Informasi
Search Engine/Information
Retrieval System, Expert Locator
Saling keterhubungan antar
knowledge worker Intranet
2. Personalisation strategy : Strategi
ini berfokus pada pengembangan
jaringan untuk menghubungkan
orang sehingga tacit knowledge
dapat dibagikan. Strategi ini
menekankan kepada dialog antar
individu. Personalisasi pada
proses bisnis widyaiswara dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Proses Pengetahuan dan
Teknologi Pendukungnya
(Personalisasi)
Proses Pengetahuan Teknologi yang mendukung
Diskusi Antar WI Mentoring/Tutoring
Rapat WI yang serumpun
Working Group / Communities of
Practice (expert locator,
collaboration, virtual work space
application, knowledge repositories,
discussion group based application)
Forum WI (Keseluruhan)
In House Seminar
Berikut usulan rancangan
berdasarkan hasil analisis dan fit
criteria (rancangan dari data dan
knowledge sources, infrastructure
services serta knowledge services).7
1. Data dan knowledge sources :
Disini tersimpan semua database
dari proses bisnis Widyaiswara
(KD A sampai dengan KD J).
2. Infrastructure service :
Infrastruktur pendukung utama
yaitu jaringan intranet via Local
Area Network (LAN) dan Wi-Fi
yang menghubungkan semua
knowledge worker dengan KMS
yang akan dibangun. Intranet ini
juga terhubung ke internet via
Internet Service Provider (ISP)
untuk mengakses database online
eksternal.
3. Knowledge Services: Pada layer ini
terdapat layanan berupa aplikasi
yang akan digunakan untuk
mendukung knowledge process.
Berdasarkan fit criteria dan
strategi KMS, aplikasi yang akan
digunakan akan dijelaskan pada
Tabel 6. sebagai berikut.
Gambar 6. Model Konseptual KMS di BDM
46 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
Tabel 6. Aplikasi Pendukung (IT Tools)
Knowledge Process
Fit Criteria Knowledge Process IT Tools
Organizational Roles
harus dapat
menyediakan/mengisi
pengetahuan dalam KI.
Knowledge Creation Learning Tools
Knowledge yang
disimpan harus dapat
didukung dan dimanage
oleh KI.
Wiki, Blog,
Document/Content
Management System
Organizational Roles
harus dapat mengakses
kebutuhan pengetahuan
yang diperlukan.
Search Engine/Information
Retrieval System, Expert
Locator
Knowledge harus dapat
ditransfer dengan baik oleh
KI.
Knowledge Transfer
Discussion group based
application
KI harus dapat
memfasilitasi kebutuhan
kolaborasi pengetahuan
antara knowledge
worker .
Virtual Work Space
Application
Model kolaborasi juga
harus bisa memfasilitasi
kebutuhan untuk
melakukan kolaborasi
kapan saja dan dimana
saja (tidak terbatas di
dalam kantor saja).
discussion group based
application
Knowledge Application Expert System/Workflow
System
Knowledge Storage and
Retrieval
Knowledge Transfer
Model Konseptual KMS
Model konseptual pada Gambar 6.
bisa dijelaskan sebagai berikut.
1. Latar pengetahuan dalam
melakukan knowledge creation
proses penyusunan modul terdiri
dari 10 proses bisnis yang telah
diidentifikasi sebelumnya
(Gambar 6), misal: modul tahun
sebelumnya digunakan sebagai
awal dari penyusunan modul,
kemudian diperbaharui kontennya
(bisa ditambah atau dikurangi)
yang disesuaikan dengan: RB/RP,
laporan diklat teknis (baik
nasional maupun internasional),
hasil karya tulis ilmiah dari
peserta diklat, hasil penerjemahan
dari standar yang berlaku secara
internasional (tentunya yang
sesuai dengan regulasi yang
berlaku di Indonesia), hasil diskusi
dari peserta/ketika menjadi
narasumber dan sumber lain yang
relevan. Untuk menulis content
awal bisa dimasukkan ke dalam
sebuah wiki dimana nantinya akan
berisi modul sesuai mata pelajaran
yang diajarkan. Sebelum menulis
ke wiki, maka WI harus mengakses
portal (sebagai one stop
information system) yang
berfungsi sebagai sistem akses dan
autentifikasi (memberi akses ke
aplikasi sesuai peran dan
tanggung jawabnya). Hal ini
diperlukan untuk mengelola
semua aplikasi KMS dengan baik.
Prinsip utamanya yaitu hak akses
ke dalam suatu aplikasi (read only,
write and edit atau full access)
diberikan kepada organization role
sesuai dengan kebutuhan-nya.
Semua apikasi KMS hanya bisa
diakses melalui portal ini
(sekaligus berfungsi untuk
memberikan petunjuk beserta alur
penggunaan masing-masing
aplikasi).
2. Knowledge creation tidak dapat
dipisahkan dengan knowledge
storage and retrieval, disinilah
strategi kodifikasi diaktualisasikan
dengan penyimpanan
pengetahuan. Pada poin 1 telah
dijelaskan bahwa untuk
penyimpanan content utama
(modul) bisa digunakan wiki,
kemudian content pendukungnya
sebagai latar pengetahuan untuk
memperbaharui content bisa
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
47
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
disimpan pada blog. Adapun
content yang disimpan dapat
bervariasi, mulai dari text, gambar,
audio, video, animasi maupun
content multimedia lainnya.
Nantinya setiap perubahan (baik
penambahan atau pengurangan isi
modul) pada wiki secara otomatis
akan ditambahkan keterangan
perubahan-nya (change log)
meliputi apa perubahan yang
dilakukan dan kapan perubahan
itu terjadi. Pada tahapan ini dapat
ditambahkan mekanisme tertentu
sebagai fungsi approval terhadap
content yang diperbaharui.
Knowledge storage and retrieval
juga dilengkapi dengan search and
retrieval system untuk
mempermudah menemukan
informasi dan pengetahuan yang
diinginkan. Selain itu fungsi expert
locator juga ditambahkan untuk
mempermudah menemukan orang
yang ahli dalam suatu bidang
tertentu.
3. Pada knowledge transfer inilah
strategi personalisasi berada.
Tahap ini menekankan pada
pengelolaan tacit knowledge
dimana pengetahuan baru yang
muncul dari hasil diskusi antar WI
yang serumpun maupun forum WI
atau in-house seminar berada.
Misal dalam sebuah pembahasan
yang akan menentukan apakah
sebuah metode pengujian baru
dapat dimasukkan atau tidak ke
dalam sebuah modul, jika semua
peserta hadir pada waktu dan
tempat yang sama, maka proses
knowledge sharing/ knowledge
transfer/ diskusi dapat
berlangsung via ruang meeting
atau forum diskusi. Kemudian
hasilnya dimasukkan ke wiki
berdasarkan kesepakatan pada
forum diskusi. KMS
memungkinkan diskusi dilakukan
secara lebih luas, jika ada salah
satu peserta yang tidak hadir
misalnya atau berada pada tempat
yang berbeda, diskusi masih dapat
dilakukan via teknologi
pendukung missal : video
conference, discussion group based
application, virtual workspace
application dan lain-lain. Pada
intinya KMS memungkinkan
knowledge transfer dan knowledge
sharing kapan saja dan dimana
saja.
4. Pada tahap terakhir yaitu
knowledge application yang
berupa penerapan/implementasi
existing knowledge supaya dapat
memberikan nilai tambah
(continuous improvement) pada
proses lainnya. Dari hasil
identifikasi ditemukan bahwa
proses penyusunan modul dapat
digunakan untuk meningkatkan
ke-10 proses lainnya. Hal ini
seperti dilihat pada Gambar 3.
merupakan siklus yang berulang.
Untuk mempercepat proses
implementasi knowledge tersebut,
KMS dapat membantu dalam hal
menghubungkan informasi dari
berbagai sumber dan membuatnya
dapat diakses oleh organizational
roles yang membutuhkan dengan
48 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
mudah dan cepat. Lebih lanjut
KMS dapat mendukung knowledge
application dengan cara
menempelkan (embed)
pengetahuan kedalam proses
bisnis organisasi melalui expert/
workflow system
(mengkodifikasikan dan
mengotomatisasikan proses
bisnis).
Validasi Desain Knowledge
Infrastructure
Selain menggunakan fit criteria,
validasi dilakukan juga dengan
membandingkan dengan
teori/literatur lain serta dengan
regulasi yang berlaku supaya
keabsahan hasil perancangan dapat
dipertanggungjawabkan dengan hasil
sebagai berikut pada Tabel 7 dan
Tabel 8.
Tabel 7. Validasi Berdasarkan Teori
No Temuan Penelitian Teori Pendukung
1
Peran IT dalam mendukung pengelolaan
explicit (kodifikasi) dan tacit
(personalisasi) knowledge
Alavi (2001) menyatakan bahwa peran IT
dalam pengelolaan KM sebagai berikut :
coding dan sharing dari best practice,
pembuatan corporate knowledge directories,
pembuatan knowledge networks
2
IT digunakan untuk mendukung
manajemen tacit knowledge (working
group/CoP) dan explicit knowledge
(document management system)
Moffet dan McAdam (2003) menyatakan
bahwa KM Tools terdiri dari 3 :
collaborative tools, content management dan
business intelligence. Collaborative tools
misal groupware, discussion forum (tacit),
content management misal document
management system, office automation
sytem,dll
3
Diseminasi knowledge via collaboration
model (kapan saja, dimana saja)
Nonaka (2000) menyatakan bahwa SECI
Model terdiri dari, Socialization Originating
Ba (same time same place), externalisation
interacting ba, combination cyber
ba(diiferent time diffent place), dan
internalisation exercise ba.
Tabel 8. Validasi Berdasarkan
Regulasi
No Temuan Penelitian Regulasi
1
Knowledge Process yang akan dikelola
terdiri dari knowledge creation, storage
& retrieval, transfer & application
Menurut PermenPAN No.14 Tahun 2011
mengenai Pedoman Pelaksanaan Manajemen
Pengetahuan, ada 3 proses dasar dalam
Manajemen Pengetahuan yaitu proses
akuisisi pengetahuan, berbagi pengetahuan
dan pemanfaatan pengetahuan
2
Knowledge Transfer yang ditemukan
terdiri dari 2 strategi, kodifikasi
(explicit) dan personalisasi (tacit)
Menurut PermenPAN No.14 Tahun 2011
proses transfer dapat berupa diskusi maupun
melalui medium berbasis teknologi
3
Penelitian terdiri dari 2 tahap,
pemodelan knowledge proses dan
perancangan knowledge infrastruktur
Menurut PermenPAN No.14 Tahun 2011
tahapan dalam perencanaan implementasi
Manajemen Pengetahuan terdiri dari
Mengidentifikasi Konteks Manajemen
Pengetahuan dalam organisasi,
Mengidentifikasi Praktek Manajemen
Pengetahuan dl organisasi (pemodelan
knowledge proses) serta di tahapan strategi
ada tahapan penggunaan teknologi
(knowledge infrastruktur)
4
Penggunaan Document/Content
Management System, Search
Engine,discussion group
Menurut PermenPAN No.14 Tahun 2011 ,
aspek teknologi dl perolehan data
menggunakan sistem untuk merekam data
elektronik, tools untuk komunikasi dan
kolaborasi (portal dan intranet) serta forum
diskusi elektronik serta search and retrieval
system
SIMPULAN
Pemodelan knowledge process
widyaiswara dapat dilakukan
menggunakan framework pemodelan
knowledge process dari Strohmaier2
yang dimodifikasi menggunakan
Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No.12 tahun 2011
mengenai Pedoman Penataaan
Tatalaksana (business process).
Hasil analisis lebih lanjut
menunjukkan bahwa secara umum
semua proses bisnis belum
mengoptimalkan semua komponen
dari knowledge creation s.d knowledge
application. Dimulai dari knowledge
creation, ditemukan bahwa pada
proses bisnis WI latar pengetahuan
dalam menciptakan suatu
pengetahuan baru belum sepenuhnya
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
49
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
teridentifikasi, kemudian dalam
knowledge storage belum
menggunakan sistem yang terstruktur
dan mudah untuk diakses kembali,
knowledge transfer juga belum
optimal dikarenakan belum
mendukung aktivitas kolaborasi,
kerjasama dan kerja tim sedangkan
untuk knowledge application banyak
yang belum terdefinisi sehingga
pemanfaatan knowledge kurang
optimal.
Dari hasil perancangan
knowledge infrastructure
menunjukkan bahwa ada dua strategi
yang digunakan untuk mendukung
knowledge process WI sebagai berikut :
1. Strategi Kodifikasi merupakan
strategi yang bersifat explicit
(mengelola pengetahuan yang
terdokumentasi) dengan IT Tools
antara lain : Document/Content
Management berupa Wiki dan
Blog, serta Search
Engine/Information Retrieval
System dan Expert Locator.
2. Strategi Personalisasi dimana
strategi ini menitikberatkan pada
pengelolaan tacit knowledge
(diskusi antar WI, rapat WI yang
serumpun, forum WI, in house
seminar) dengan IT Tools
pendukungnya antara lain :
Working Group/Community of
Practice Tool, virtual work space
application dan discussion group
based application
DAFTAR PUSTAKA
1Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. 2011. Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Tentang Pedoman
Pelaksanaan Manajemen
Pengetahuan (Knowledge
Management) s.l. Jakarta: Kemen
PAN-RB.
2Strohmaier, Markus B. B-KIDE : A
Framework and a Tool for
Business Process Oriented
Knowledge Infrastructure
Development. Austria : Shaker
Verlag, 2005.
3Nonaka and Konno. 1998. The
Concept of ‘Ba’ : Building a
foundation for knowledge
creation. California Management
Review.
4Alavi, Maryam and E. Leidner,
Dorothy. 2001. Knowledge
Management and Knowledge
Management System :
Conceptual Foundation and
Research Issues. MIS Quarterly,
Maret 2001, Vol. 25, pp. 107-136.
5Hidajat, Jann and Crestofel, D. 2006.
Knowledge Management dalam
Konteks Organisasi Pembelajar.
Bandung: SBM-ITB.
6M. Ribiere, Vincent and A. Roman,
Juan. 2006. Knowledge Flow.
[book auth.] D. Schwartz.
Encyclopedia of Knowledge
Management. Idea Group
Reference (IGI).
50 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perancangan Knowledge Management System ... | Wicaksono Febriantoro
7Maier, Ronald. 2007. Knowledge
Management Systems : ICT for
Knowledge Management. New
York : Springer.
JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik
51
KAJIAN IMPLEMENTASI WATCHGUARD FIREBOX SERI 125e
SEBAGAI PENYARING KONTEN PADA JARINGAN KANTOR
PEMERINTAH KOTA BATAM
A STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF WATCHGUARD FIREBOX
125e SERIES AS A CONTENT FILTER IN BATAM LOCAL
GOVERNMENT’S NETWORK
Jarudo Damanik
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Jalan Tombak Nomor 31 Medan
jarudo.damanik@kominfo.go.id
ABSTRAK
Kajian implementasi sistem penyaring konten telah dilakukan di Kantor Pemerintah
Kota Batam. Penyaring konten yang dipakai adalah firebox seri 125e yang memiliki
keunggulan melakukan blok terhadap konten sebuah website secara menyeluruh.
Pendeteksian virus, worm maupun gerakan yang mengarah pada tindakan berupa hack
dapat berjalan secara maksimal melalui perangkat ini. Namun pemblokiran seluruh
konten yang terdapat pada sebuah website memunculkan permasalahan, karena tidak
semua konten yang terdapat pada sebuah situs tersebut negatif. Penelitian ini
menggunakan metoda kualitatif untuk melihat sejauh mana penggunaan konten filtering
dilakukan di Kantor Pemerintahan Kota Batam. Kajian ini diharapkan menjadi masukan
Pemerintah Kota Batam untuk menentukan penggunaan konten filtering yang efektif.
Disarankan untuk menciptakan sebuah perangkat yang mampu mendeteksi sebuah
konten page per page, sehingga proses penyeleksian konten dapat dilakukan secara
relevan.
Kata Kunci : penyaring konten, firebox 125e series, pendeteksian
ABSTRACT
A study on the implementation of the content filtering system has been done in
Batam local government’s network. The content filter used is firebox 125e series which has
the adventage to block all of website content. Detection of viruses, worms and the
movement that led to the action of a hack to run the maximum through this device.
However, blocking all content on the website raises a problem because not all of the
website content is negative. In this researh we apply qualitative method to see how far
content filtering has been used in Batam Local Government’s Network. This study is
expected to provide input Batam Local Government to determine effective content filtering.
It is recomended to create a capable device to detect page per page, so the selection
process can be carried out relevant content.
Keywords : content filtering, firebox 125 e series, detection
PENDAHULUAN
Ibarat dua sisi mata uang,
perkembangan teknologi informasi
melahirkan dua efek yakni efek
negatif dan efek positif. Efek
positifnya, teknologi informasi dan
52 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik
komunikasi memberikan berbagai
kemudahan dalam menyelesaikan
pekerjaan. Permasalahan geografis
yang selama ini selalu menjadi
kendala, sehingga membutuhkan
ruang, waktu dan biaya yang besar
dalam mengakses informasi telah
diatasi dengan hadirnya fitur fitur
yang terdapat di dunia maya yang
lebih efektif. Selain itu teknologi
informasi menghadirkan pergeseran
paradigma terhadap tingkat
kepentingan informasi menjadi suatu
hal yang paling berarti dan berharga.
Lebih spesifik, teknologi informasi
dan komunikasi, khususnya
keberadaan dunia maya dewasa ini
digunakan orang sebagai pusat
rujukan informasi, bersosialisasi,
melakukan transaksi dan aktivitas
ekonomi, dan bahkan sebagai media
dalam melakukan pembelajaran.
Namun sisi lain kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi,
khususnya fasilitas dunia maya
menghasilkan konsekuensi negatif
bagi penguna. Konsekuensi negatif
yang kita anggap sebagai dampak
negatif teknologi ini sama luasnya
dengan manfaat positif teknologi ini.
Sebagai sebuah perwujudan dari
dunia yang maya, dunia maya
memiliki hampir semua hal yang
terdapat pada dunia nyata. Berbeda
dalam dunia nyata, di dunia maya
segala aktivitas dapat dilihat lebih
visual dan nyata, serta amat mudah
membuktikan setiap pelanggaran
yang dilakukan seseorang. Secara
garis besar internet memberi peluang
terciptanya dampak negatif seperti
pornografi, kecanduan hubungan
maya, tayangan sadis dan lainnya.1
Dampak negatif tersebut semakin
besar karena ketersediaan fitur dan
mudahnya akses.
Meski demikian semua
informasi yang terdapat pada dunia
maya yang di interpretasikan melalui
laman website yang ada saat ini
memiliki manfaat selama digunakan
secara bijaksana diartikan dengan
menggunakan untuk tujuan yang
bermanfaat serta menyaring isi yang
bersifat negatif. Untuk itu, dalam
bentuk kampanye persuasif,
penyaringan konten yang tersedia di
dunia maya secara teknis sangat
diperlukan. Ada beberapa cara
penyaringan konten yang dapat
dilakukan. Saat ini teknis penyaringan
konten yang sering digunakan adalah
dengan mengimplementasikan proxy
yang terdapat pada jaringan. Pada
teknik ini proxy akan memainkan
peran untuk menyampaikan dan
menerima permintaan dari user untuk
mengakses konten dari server global.
Gambar 1. Konsep dan cara kerja
proxy2
Pada dasarnya proxy berfungsi
sebagai content checking. Bila proxy
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
53
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik
diset untuk mem-filter konten yang
mengandung kata “sex”, maka semua
paket yang mengandung kata “sex”
akan ditolak. Meskipun pada setiap
jaringan, khususnya jaringan local
area network selalu disertai sebuah
proxy, karena fungsi vitalnya sebagai
jembatan antara client dan webserver
sekaligus sebagai otorisasi
mengijinkan akses, namun
kenyataannya efektivitas kinerja
dalam melakukan penyaringan masih
belum cukup. Relevansi teknik
penyaringan dengan kaidah
kepantasan terhadap pengakses
begitu erat kaitannya. Sisi lain dari
alasan penyaringan sebuah konten
juga dipengaruhi beberapa faktor
yang bersifat non teknis.3
Dalam sebuah diskusi oleh
ICTWATCH bersama dengan
komunitas blogger disimpulkan
bahwa dukungan terhadap
keberadaan UU ITE Nomor 8 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE), khususnya pasal 27
ayat 1 harus dilakukan secara lebih
nyata.4 Namun perlindungan terhadap
masyarakat terkait akses ke negatif
tidak dapat dipenuhi hanya undang
undang tersebut. Kebijakan lebih
teknis diperlukan untuk menciptakan
akses ke dunia maya yang lebih sehat
dan bermartabat. Berdasarkan
pemaparan diatas, kajian ini
difokuskan pada sejauhmana
perangkat penyaring konten yang
digunakan pada jaringan kantor
Pemerintah Kota Batam mampu
melakukan filtering terhadap konten
negatif, serta apa kelemahan dan
kelebihan tools tersebut. Penelitian ini
diharapkan memberikan informasi
teknis terkait dengan perangkat
konten filtering sebagai media
penyaringan informasi negatif, serta
solusi pemilihan perangkat penyaring
konten yang efektif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
Kantor Pemerintah Kota Batam di
kawasan Batam Center, dengan fokus
pengamatan terhadap kinerja jaringan
yang berada di Lantai VII. Penelitian
dilaksanakan selama 6 (enam) bulan
yakni dari bulan Januari 2012 sampai
dengan Juni 2012. Objek pengambilan
data terdiri dari data aktivitas
lalulintas jaringan dari menu
Manajemen Admin, dokumen awal
pembangunan jaringan dan
wawancara mendalam terhadap
seluruh elemen yang terkait dengan
manajemen pengelolaan jaringan.
Penelitian ini memakai
pendekatan kualitatif dengan analisis
deskriptif, yaitu mencatat dan
menggambarkan secara teliti seluruh
fenomena yang ditemukan di
lapangan.5 Peneliti secara langsung
mengamati objek penelitian untuk
melakukan interpretasi data
lapangan, sekaligus memilih informan
sebagai sumber data serta melakukan
penilaian kualitas data, menafsirkan
serta membuat kesimpulan atas
temuan di lapangan.6 Alasan
pemilihan metode ini didasarkan pada
fenomena perkembangan teknologi
informasi, khususnya konten dunia
maya yang sangat dinamis, dan selalu
54 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik
mengelami perubahan dan
pembenahan setiap saat. Teknik
pendekatan secara persuasif dan
penjabaran naratif diharapkan
mampu menggali semua fenomena
dan kencenderungan yang
berkembang.
Sedangkan analisa data
dilakukan dalam beberapa tahapan
dari tahapan trustworthines,
credibility, hingga authenticity.
Tahapan ini dilakukan
untuk melihat realita
yang diungkapkan
informan dengan
melihat pengalaman
informan terkait topik,
menguji kredibilitas
informan dari jawaban
serta memfasilitasi
pengungkapan
konstruksi personal
informan. Validasi data
dilakukan dengan
menggunakan teknik
triangulasi yaitu
melakukan
pengecekan dari sumber data yaitu
pengelola dan manajemen admin
jaringan, pejabat yang memiliki
otoritas terhadap keberlangsungan
jaringan, data lalulintas jaringan serta
para pengunjung atau user yang
menggunakan jaringan. Keberagaman
data yang diperoleh akan di
deskripsikan, dikategorikan, untuk
melihat pendapat yang sama dan
melakukan member chek terhadap
data yang berbeda untuk dibuatkan
kesepakatan diantara sumber data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada jaringan kantor
Pemerintah Kota Batam, sistim
jaringan komputer lokal mengadopsi
topologi jaringan topologi Mesh atau
biasa disebut topologi jala, dimana
dalam topologi ini terbentuk suatu
bentuk hubungan antar perangkat
dimana setiap perangkat terhubung
secara langsung ke perangkat lainnya
yang ada di dalam jaringan. 7
Gambar 2. Topologi Mesh yang
digunakan dalam jaringan antar
koneksi di kantor Pemerintah Kota
Batam
Pemilihan topologi ditujukan
untuk keamanan data yang
didistribusikan. Dengan
menggunakan topologi ini data yang
disampaikan antar satu komputer
dengan komputer lain lebih aman
karena menggunakan “dedicated link”
komunikasi data secara langsung
tanpa melalui komputer lain. Hal ini
diperlukan karena data yang
server sebagai sentral
Client 2
Client 4
Client 6
Client 3
Client 1
Client 5
Titik port hub
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
55
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik
didistribusikan sangat penting seperti
data statistik dan kependudukan.
Sistim Penyaring Konten Kantor
Pemerintah Kota Batam
Pada jaringan kantor
Pemerintah Kota Batam efektivitas
penggunaan proxy dan firewall
dimaksimalkan untuk melakukan
pengontrolan atas akses yang
dilakukan user. Proxy yang digunakan
pada server jaringan ini sudah
lengkap. Saat ini konfigurasi pada MS
Proxy Server dan Win Gate yang
bekerja pada layer aplikasi mampu
melakukan pengontrolan terhadap
seluruh aplikasi yang digunakan pada
jaringan. Hasil penelitian menunjukan
tipe MS Proxy Server dan Win Gate
mampu menyortir seluruh lalulintas
paket yang masuk.
Kondisi ini tentu tidak
mencukupi untuk melindungi dan
memantau jaringan bebas dari akses
yang tidak terdeteksi. Perkembangan
berbagai tipe proxy yang sebagian
besar dapat diperoleh secara gratis
menimbulkan fenomena baru.
Sebagus apapun tipe proxy yang
digunakan saat ini dapat dipastikan
tidak akan mampu melakukan
pengontrolan seluruh aktivitas.
Sebagai contoh sebuah web proxy
dapat diperoleh secara gratis mampu
melakukan browsing tanpa harus
khawatir oleh adanya pemblokiran
situs karena semua request akan
dilewatkan di web proxy tersebut.
Jaringan pada kantor
Pemerintah Kota Batam juga
dilengkapi dengan firewall yang
bekerja saling mendukung dengan
proxy. Firewall yang digunakan adalah
WebBlocker yang merupakan produk
sebuah vendor berbasis di Amerika
Serikat. Sistim langganan keamanan
terintegrasi XTM WatchGuard dan
Firebox X e-Series peralatan dengan
nomor seri X1250e.
Gambar 3. Bentuk fisik webblocker
sebagai penyaring konten yang
digunakan kantor Pemerintah Kota
Batam
Secara umum fungsi webblocker
ini untuk melakukan pengamatan
terhadap segala aktivitas yang
dilakukan oleh user dalam lingkup
jaringan, dengan mengenali konten
yang disajikan oleh sebuah website.
Pada weblocker ini terdapat fitur
tambahan berupa perangkat proteksi
antivirus, spyware dan anti spam. Ini
diperlukan karena banyaknya data
Pemerintah Kota Batam yang harus
dilindungi ketika terjadi sebuah
distribusi data. Keberadaan firewall
yang komprehensif ini tentunya untuk
memberikan perlindungan secara
total terhadap setiap akses yang tidak
dikehendaki. Firewall watchguard ini
bekerja dengan memfokuskan semua
paket yang masuk melalui proses
identifikasi. Watchguard firebox 125e
akan mengidentifikasi sebuah paket
yang diakses user melalui pengecekan
alamat IP baik komputer sumber
maupun komputer tujuan untuk
XTM
Watchguard
Firebox 125e
56 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik
membandingkan apakah IP dimaksud
merupakan IP yang memiliki indikasi
merusak, kemudian mengecek port
yang digunakan dan membandingkan
dengan database yang dimiliki serta
melakukan pengecekan terhadap
protokol IP yang digunakan. Indikator
firewall ini menolak atau melewatkan
paket tersebut berdasarkan daftar
database yang sudah ada sebelumnya.
Gambar 4. Cara kerja dan fungsi
firebox sebagai firewall yang
digunakan di kantor Pemerintah Kota
Batam
Keunggulan Watchguard Firebox
125e
Dari sisi fitur, firebox 125e
memiliki beberapa keunggulan
diantaranya memiliki kemampuan
melakukan penyaringan IP adress.
Selain itu fleksibilitas
pengkonfigurasian dapat dilakukan
melalui port yang digunakan. Artinya
untuk dapat memblok sebuah situs
berbagai tipe dapat dilakukan dengan
menutup port tertentu, sehingga
seluruh web yang berbasis pada port
tersebut tidak akan dapat diakses
user. Selain itu firebox 125e juga
merupakan sebuah paket watchguard
yang terdiri dari perangkat lunak
firewall sekaligus terintegrasi dengan
perangkat keras.
Kelemahan Watchguard Firebox
125e
Selain keunggulan yang dimiliki
Watchguard Firebox 125e juga
memiliki beberapa kelemahan.
Beberapa kelemahan yang dapat
diidetifikasi dalam penelitian ini
adalah Watchguard Firebox 125e yang
digunakan sebagai firewall untuk
melindungi jaringan berjalan secara
sporadis, dimana metode penyaringan
konten yang masuk langsung
menutup semua akses berdasarkan
port, sehingga keseluruhan informasi
yang ada dalam website tersebut
secara otomatis tidak akan bisa
diakses. Hal ini sebenarnya sangat
bertentangan dengan kebebasan
dalam memperoleh informasi. Upaya
pemblokiran seharusnya dilakukan
dengan bijaksana. Artinya
pembatasan atau pemblokiran bukan
berarti membatasi hak manusia untuk
memperoleh informasi. 8 Esensi
pembatasan dan pemblokiran
bertujuan untuk menyelamatkan
bangsa ini dari kerusakan.
Pembatasan sebagian konten negatif
di jaringan situs website juga sebagai
upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat bangsa ini di panggung
dunia. Artinya sebagai sebuah bangsa
besar yang sejajar dengan bangsa
bangsa lain di dunia ini bangsa
Indonesia juga memiliki etika dalam
Intern
et
User User
Sub Sub
Switch
Webserve
Router
Firebox sebagai
Firewall spesifikasi
teknis firebox xwebserve
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
57
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik
melakukan akses informasi melalui
dunia maya. 9 Selain itu, besarnya
biaya yang dibutuhkan dalam
melakukan identifikasi dan
pembentukan database yang akan
terkonfigurasi juga akan menjadi
masalah ketika penganggarannya
tidak dilakukan secara tepat. Proses
update perangkat yang harus
dilakukan kepada vendor pemilik
lisensi watchguard firebox 125e juga
membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, padahal bila perangkat tidak
terupdate secara berkala sangat
mempengaruhi kemampuan
pembentukan database sesuai
pertumbuhan website yang pesat.
SIMPULAN
Secara teknis, seluruh otoritas
yang ada di Pemerintah Kota Batam
yang memiliki wewenang terkait
dengan keberadaan infrastruktur
teknologi informasi dan komunikasi
dan unsur unsur pendukungnya
sudah memiliki konsep pemanfaatan
yang sangat jelas. Penyediaan
perangkat baik dari sisi hardrware,
software maupun tools lainnya sudah
sangat mencukupi. Dari sisi keamanan
data, khususnya perlindungan
terhadap user yang mengakses
melalui jaringan terhadap konten
yang akan diakses cukup kuat, dimana
manajemen administrator jaringan
memilih untuk memperkuat sistim
pengamanan jaringan dengan
melakukan duplikasi pengamanan.
Duplikasi pengamanan dimaksud
terdiri dari penggunaan proxy sequid
untuk seluruh aktivitas internel
jaringan dan menggunakan firewall
berbasis watchguard firebox seri 125e
untuk setiap akses masuk. Cara kerja
firewall dengan langsung menutup
seluruh port yang diidentifikasi atau
berpeluang memiliki konten yang
tidak baik sesungguhnya bukan
tindakan yang bijak. Sebagian isi situs
tersebut pasti akan memiliki manfaat
sepanjang dilakukan model
pengaksesan yang sehat. Pemilahan
terhadap sebuah situs tertentu untuk
melihat serta menciptakan cara
pandang penilaian yang lebih parsial
sangat diperlukan untuk menciptakan
pola akses informasi yang relevan.
Sebuah perangkat yang mampu
mendeteksi konten secara page by
page diharapkan mampu mengatasi
permasalahan filtering ini, khususnya
di negara yang belum dapat
menentukan secara spesifik
memberikan kategori konten negatif
atau positif.
Teknik penyaringan konten
pada jaringan kantor Pemerintah
sebaiknya dilakukan secara parsial
dan terpisah dengan fungsi firewall,
untuk menghindari pemblokan
sebuah situs secara keseluruhan,
karena sebagian isi situs yang diblok
melalui fungsi firewall dipastikan
memiliki konten positif yang
dibutuhkan user. Selain itu dalam
mengkonfigurasikan database untuk
menyeleksi situs yang dianggap
memiliki potensi negatif dan
berbahaya sebaiknya dilakukan
secara lebih bijak dengan
memperhatikan seluruh aspek konten
yang terdapat pada situs dimaksud.
Peluang untuk melakukan kerjasama
58 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Kajian Implementasi Watchguard Firebox Seri 125e ... | Jarudo Damanik
dengan Kementerian Komunikasi dan
Informatika terkait pengembangan
dan penggunaan software penyaring
konten dapat dilakukan. Sebagai
acuan saat ini Kementerian
Komunikasi dan Informatika sedang
melakukan ujicoba penggunaan
trush+ sebagai sebuah perangkat
penyaring konten pintar untuk
melakukan pendeteksian setiap
konten secara detil dan page by page.
DAFTAR PUSTAKA
1Iqbal, Jamaluddin, 2011, Dampak
Positif dan Negatif Internet,
Bulletin IT (diakses tanggal 23
Januari 2012)
http://buletin.it.uii.ac.id
2Pardosi, Mico, 2007. Pengantar
Instalasi Jaringan, Penerbit
Informatika. Bandung
3Salahuddin. M. 2010. Penyaringan
Konten Negatif di Internet.
Indonesia Security Incident
Response Team On Internet
Infrastructure (ID-SIRTII).
Jakarta
4ICTWATCH, 2011. Panduan
Menggunakan Internet Sehat.
Ictwatch. Jakarta
5Sugiono, 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabeta. Bandung
6Mulyana, Dedy, 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya. Remaja Rosda Karya.
Bandung
7Sopandi, Dede. 2006. Instalasi dan
Konfigurasi Jaringan
Komputer. Penerbit
Informatika. Bandung.
8Sembiring, Tifatul, 2012, Laporan
Konfrensi Pers Terkait Aturan
Pengawasan Konten Negatif
Bagi Provider Penyedia
Konten, (tanggal 27 Oktober
2010)
http://www.kominfo.go.id
9Tim Perumus.2011. Focus Group
Discussion : Draf dan Acuan
Etika On-Line.
JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil
59
PERFOMANSI WIRELESS INTRUSION DETECTION SYSTEM (WIDS)
BERBASIS SNORT UNTUK MENDETEKSI SERANGAN DENIAL OF
SERVICE
PERFORMANCE OF WIRELESS INTRUSION DETECTION SYSTEM
BASED SNORT FOR DETECTING DENIAL OF SERVICE ATTACKS
Tasmil
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Makassar
Jl. Racing Center II/25 Makassar
tasmil@kominfo.go.id
ABSTRAK
Telah dilakukan kajian Wireless Intrusion Detection System untuk mendeteksi
serangan Denial of Service terhadap jaringan wireless. Dalam penerapan metode WIDS
menggunakan tools Snort-Wireless yang berjalan pada sistem operasi Linux. Sistem
tersebut diuji dengan serangan Denial of Service menggunakan tools Engage Packet
Builder. Paket serangan kemudian dideteksi sebagai sebuah serangan Denial of Service
melalui hasil monitoring paket jaringan. Hasil penelitian yang telah dilakukan, metode
Wireles Intrusion Detection System mampu mendeteksi serangan Denial of Service dengan
performasi 54%. Metode tersebut dapat menjadi solusi keamanan jaringan nirkabel dari
serangan yang setiap saat dapat mengancam.
Kata Kunci: Jaringan nirkabel, WIDS, Denial of Service
ABSTRACT
Performance of Wireless Intrusion Detection System to detect Denial of Service
against wireless network has been studied. The implementation of this method have been
performed using snort-wireless tools. The system was tested with Denial of Service attacks
using tools Engage Packet Builder. Packet attack was then detected as a denial of service
attacks through the monitoring network packets. From the study, it has been obtained that
the Wireless Intrusion Detection System were succeded in detecting the Denial of Service
attacks by 54 %. It is argued that the method might be suitable for a solution of wireless
network security.
Keywords: Wireless Network, WIDS, Denial of Service
PENDAHULUAN
Denial of Service (DoS) sebagian
besar terjadi melalui internet. Salah
satu jaringan yang rentan terhadap
serangan tersebut adalah wireless adhoc.
Kurangnya pusat monitoring,
manajemen point, dan kekurangan
dalam hal sistem pertahanan yang
jelas. Sistem proteksi wireless dengan
menggunakan firewall dan enkripsi
tidak cukup memadai dan efektif.
Dalam mengatasi kerentanan jaringan
nirkabel tersebut, maka diterapkan
sebuah metode Wireless Intrusion
60 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil
Detection System (WIDS)1. Beberapa
kekurangan dan kelemahan telah di
dimunculkan. Karena garis
pertahanan pertama untuk jaringan
nirkabel tampaknya tidak cukup
untuk memenuhi keamanan saat ini
dan tuntutan di masa yang akan
datang, maka pertahanan mengacu
pada pemanfaatan WIDS harus
dilakukan. WIDS akan berdampingan
dengan protokol keamanan
membantu meningkatkan keamanan
total.2
WIDS adalah sebuah perangkat
lunak atau perangkat keras alat yang
digunakan untuk mendeteksi akses
tidak sah dari sistem komputer atau
jaringan. WIDS melakukan tugas ini
secara eksklusif untuk jaringan
nirkabel. Sistem ini memonitor lalu
lintas di jaringan anda cari dan
ancaman penyadapan dan
mengingatkan personil untuk
merespon.
Hal yang perlu diperhatikan
pada implementasi WIDS adalah
perihal false positive dan false
negative. False positive adalah
peringatan serangan yang dihasilkan
oleh WIDS akan sebuah paket normal
pada sistem yang dimonitor. False
negative adalah sebuah serangan yang
benar-benar terjadi namun
terlewatkan oleh WIDS sehingga
WIDS tidak akan menghasilkan
peringatan apapun atas serangan
tersebut. WIDS dapat melewatkan
serangan karena serangan tersebut
tidak dikenali olehWIDS, atau karena
penyerang berhasil menggunakan
sebuah metode serangan yang dapat
menghindari WIDS.3
Algoritma yang diadopsi oleh
WIDS untuk mengenali serangan,
antara lain4 :
1. Rule Based Detection
Analisis dilakukan terhadap
aktivitas sistem, mencari kejadian
yang cocok dengan pola perilaku
yang dikenali sebagai serangan.
2. Preprocessing
Mengumpulkan data tentang pola
dari serangan dan meletakkannya
pada skema klasifikasi. Kemudian
suatu model akan dibangun dan
dimasukkan ke dalam bentuk
format yang umum seperti nama
pola serangan, nomor identitas
pola serangan dan penjelasan pola
serangan.
3. Analysis
Data dan formatnya akan
dibandingkan dengan pola
serangan yang sudah dikenali
4. Response
Jika ada yang cocok dengan pola
serangan, mesin analisis akan
mengirimkan peringatan ke
server.
Berdasarkan permasalahan yang
dihadapi maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini
adalah “Berapa Besar Performansi
WIDS dalam Mendeteksi Serangan
DoS?” . Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji kemampuan
WIDS dalam mendeteksi serangan
DoS dengan menggunakan pola
serangan SYN Flooding dan menguji
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
61
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil
kemampuan WIDS dalam
meningkatkan keamanan jaringan
nirkabel.
METODE PENELITIAN
Pengumpulan data
menggunakan teknik eksperimen
berupa percobaan simulasi se rangan
DoS dengan paket SYN Flooding
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
klasifikasi paket serangan tersebut
adalah :
1. Menetapkan jumlah paket
serangan
2. Menentukan port 80 yang terbuka
pada jaringan komputer.
3. Komputer penyerang
mengirimkan paket SYN sebanyak
300, 600, 1.000, 3.000, 6.000,
9.000, 12.000, 15.000, 18.000 dan
21.000 paket dengan melakukan
pengujian sebanyak 5 (lima) kali.
4. Target serangan adalah protokol
TCP padal layer 4 lapisan OSI.
Gambar 1. Skema serangan DoS pada
jaringan
Prosedur deteksi serangan SYN
Flooding dengan WIDS menggunakan
tools snort versi 2.8.6 adalah sebagai
berikut :
1. Paket data yang masuk kedalam
jaringan komputer direkam dalam
file log snort.
2. membaca paket data dan
membandingkannya dengan rule
database, jika paket data dideteksi
sebagai penyusupan/serangan,
maka Snort engine akan
menuliskannya ke alert
(berbentuk file log) dan ke
database (yang digunakan dalam
eksperimen ini adalah database
MySQL).
3. Webmin adalah Interface Base
yang telah ditambahkan module
snort rule digunakan untuk
mengelola rule. Rule mana saja
yang akan di menable dan disable
dapat diatur melalui Webmin,
bahkan dapat digunakan untuk
menambahkan rule-rule secara
manual dengan editor berbasis
web.
4. Rule berfungsi untuk mencatat
serangan pada sebuah file log.
5. User akan mengamati alert yang
dihasilkan melalui interface base
berbasis web.
Prosedur di atas digambarkan
ditunjukkan pada Gambar 2.
62 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil
Gambar 2. Metode WIDS dengan
snort-wireless
Pengujian Perfomansi Keamanan
Jaringan Nirkabel Dengan WIDS
Dalam mendesain keamanan
jaringan nirkabel dengan WIDS
menggunakan tools snort 2.8.6 yang
bertindak selaku detektor untuk
mendeteksi serangan DoS. Hasil
deteksi snort berdasarkan rules yang
telah dikonfigurasi untuk mendeteksi
serangan DoS kemudian disimpan ke
dalam database MYSQL dan log file.
Deteksi serangan DoS ditampilkan
melalui interface web dengan
menggunakan tools Base 1.4.4. Model
desain keamanan jaringan nirkabel
dengan WIDS tersebut ditunjukkan
pada Gambar 3.
Gambar 3. Desain keamanan
jaringan nirkabel dengan WIDS
Spesifikasi Perangkat Keras dan
Perangkat Lunak
 Detector WIDS:
1. Acer ASPIRE ONE Intel
Atom Processor N450
2. Memori 1 GB
3. Tools Snort 2.8.6(Detector)
4. BASE 1.4.4
5. MYSQL
6. APACHE2
7. Linux Ubuntu 11.04
8. IP Address 192.168.0.3
 Intruder:
1. Acer Aspire 1430z
2. Memori 1 GB
3. Engage Packet builder
v2.2.0(SYN FLOODING)
4. IP Address 192.168.0.2
 Access Point:
1. Linksys WRTG54GL
2. IP Adress 192.168.0.1
Pengujian performansi WIDS
diukur dengan serangan DoS untuk
10 (sepuluh) kali serangan paket SYN
Flooding dengan klasifikasi serangan
dan performansi WIDS ditunjukkan
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi serangan DoS
Pen
guji
an
Jumlah
Paket
Uji
coba
Jenis
Serangan
Perfo
rman
si
WIDS
(%)
1 300 5 kali SYN Flooding
2 600 5 kali SYN Flooding
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
63
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil
3 1000 5 kali SYN Flooding
4 3000 5 kali SYN Flooding
5 9000 5 kali SYN Flooding
6 6000 5 kali SYN Flooding
7 12000 5 kali SYN Flooding
8 15000 5 kali SYN Flooding
9 18000 5 kali SYN Flooding
10 21000 5 kali SYN Flooding
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancangan WIDS
menggunakan platform sistem operasi
linux Ubuntu 11.04 selaku server
dengan simulasi jaringan
menggunakan 3 (tiga) komputer dan
satu Access Point sebagai router.
Komputer server sebagai detektor
WIDS dan salah satu client bertindak
selaku victim dan attacker.
Konfigurasi WIDS meliputi rules
serangan, log file, database MYSQL,
monitoring web dan penentuan
sensor serangan. Pengujian ini
merupakan hasil simulasi serangan
DoS berupa pengiriman paket SYN
Flooding. Perilaku paket serangan
akan diuji berdasarkan rules serangan
yang telah dibuat dari hasil
konfigurasi snort yang ditunjukkan
pada Gambar 4.
Berdasarkan hasil monitoring
paket dengan tools Base 1.4.4, semua
paket TCP akan diperiksa kemudian
dideteksi apakah traffic paket dalam
jaringan merupakan serangan atau
paket biasa. Monitoring serangan
sifatnya real time dan dicatat dalam
log file WIDS. Serangan DoS
ditampilkan dalam bentuk alert atau
pesan yang muncul pada halaman
depan interface base 1.4.4 dimana
keseluruhan alert tersebut akan
ditotal berdasarkan jumlah serangan
DoS yang terdeteksi. Paket serangan
tersebut berupa catatan log IP
address, port, dan waktu
penyerangan. Hasil monitoring paket
Gambar 4. Konfigurasi Snort-wireless yang dipakai pada simulasi
64 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil
yang ditampilkan melalui interface
Base 1.4.4 ditunjukkan pada Gambar
5.
Gambar 5. Tampilan hasil monitoring
serangan memakai Base 1.4.4
Pengujian serangan
menggunakan tools Engage Packet
builder v2.2.0 yang dikonfigurasi
dengan IP Address 192.168.0.2. IP ini
mengirimkan paket SYN Flooding ke
IP Address 192.168.0.3 (IP server)
pada protokol TCP dengan port 80.
Pengujian tersebut berhasil diujikan
dimana paket tersebut telah
membanjiri jaringan komputer
berupa paket SYN Flooding sehingga
pengguna jaringan yang sah tidak
dapat masuk ke dalam sistem jaringan
dan request dari pengguna yang sah
tidak dapat dilayani akibat dari
serangan tersebut sehingga jaringan
komputer menjadi kacau dan
performansinya menurun. Simulasi ini
ditunjukkan melalui port destination
pada Gambar 6.
Gambar 6. Simulasi serangan dari IP
192.168.0.2 ke IP 192.168.0.3
memakai Engage Packet builder
v2.2.0.
Paket serangan DoS dapat
dideteksi dengan baik berupa catatan
klasifikasi serangan yang terdiri dari
jenis serangan,IP address, port, layer
dan waktu penyerangan yang
ditampilkan melalui interface Base
1.4.4 ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Klasifikasi serangan SYN
Flooding dari hasil analisa memakai
Base 1.4.4
Hasil pengujian telah dilakukan
terhadap keamanan jaringan nirkabel
menggunakan metode Wireless
Intrusion Detection System (WIDS)
dengan serangan DoS. Serangan
sebanyak 10 (sepuluh) kali pengujian
untuk paket yang berbeda didapatkan
hasil deteksi serangan DoS.dengan
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
65
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil
performansi 54%. Dalam pengujian
serangan DoS, snort sebagai detektor
WIDS dikonfigurasi dengan 10
(sepuluh) paket SYN perdetik untuk
deteksi serangan DoS. Paket serangan
kurang dari 10 (sepuluh) paket
perdetik tidak terdeteksi sebagai
serangan. Pengaturan rules tersebut
ditentukan berdasarkan aturan
penerimaan paket untuk serangan
DoS.
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa WIDS cukup baik dalam
mendeteksi serangan DoS dalam
memberikan informasi kepada admin
jaringan komputer untuk memblok
serangan tersebut. Serangan DoS yang
sebelumnya tidak terdeteksi,
akhirnya mampu dideteksi WIDS
dengan performansi di atas 50% dari
total paket serangan yang diujikan.
Hasil pengujian ini menunjukkan
bahwa performansi keamanan
jaringan komputer dapat ditingkatkan
terhadap serangan DoS. Adapun hasil
serangan DoS berupa pengiriman
paket serangan SYN Flooding
ditunjukkan pada Tabel 2.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian diperoleh
kesimpulan WIDS sebagai berikut :
1. Metode WIDS mampu mendeteksi
serangan DoS berupa serangan
SYN Flooding dengan performansi
rata-rata 54% terhadap pengujian
serangan DoS berupa pengiriman
paket SYN Flooding .
2. Metode WIDS ini mampu
meningkatkan Keamanan jaringan
nirkabel terhadap serangan DoS
untuk pengujian serangan
sebanyak 10 (sepuluh) kali dengan
pengiriman 300, 600, 1.000, 3.000,
9.000, 12.000, 15.000, 18,000 dan
21.000 paket serangan SYN
Flooding .
Saran-saran yang dapat
diberikan dari analisa kinerja sistem
deteksi serangan dengan WIDS:
1. Dianjurkan melapisi sistem
keaman jaringan nirkabel dengan
WIDS khususnya untuk deteksi
dini terhadap serangan DoS.
2. Menggunakan teknik pengujian
lanjutan terhadap ancaman
keamanan jaringan nirkabel.
3. Membandingkan kinerja snort
dengan tool WIDS yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1Snehal Boob, Priyanka Jadhav,
Wireless Intrusion Detection
System, International Journal of
Computer Applications (2010)
0975 – 8887
Tabel 2. Hasil pengujian serangan DoS
Pen
guji
an
Paket
SYN
Uji
Coba
Total
Paket
SYN
Total
Alert
Perfor
mansi
WIDS
1 300 5 kali 1,500 1,470 98%
2 600 5 kali 3,000 2,970 99%
3 1,000 5 kali 5,000 3,978 78%
4 3,000 5 kali 15,000 7,152 48%
5 6,000 5 kali 30,000 17,680 59%
6 9,000 5 kali 45,000 11,032 25%
7 12,000 5 kali 60,000 20,448 34%
8 15,000 5 kali 75,000 25,656 34%
9 18,000 5 kali 90,000 28,158 31%
10 21,000 5 kali 105,000 35,487 34%
Rata-rata 54%
66 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Perfomansi Wireless Intrusion Detection System ... | Tasmil
2Alexandros Tsakountakis, Georgios
Kambourakis and Stefanos
Gritzalis, Towards effective
Wireless Intrusion Detection in
IEEE 802.11i, Jurnal Computer
Society (2007)
3Scott, P. Wolfe, and B. Hayes, SNORT
for Dummies, Wiley Publishing
Inc., 2004
4Carl Endorf, Eugene Schultz, and Jim
Mellander, Intrusion Detection
& Prevention, McGraw-
Hill/Osborne, 2004
JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
67
ANALISIS PERBANDINGAN KECEPATAN KONEKSI INTERNET
PC CLIENT PUSAT LAYANAN INTERNET KECAMATAN (PLIK)
DENGAN WARNET DI KOTA BANDA ACEH
COMPARATIVE ANALYSIS OF PC CLIENT INTERNET CONNECTION
SPEED BETWEEN SUB DISTRICT INTERNET ACCESS (PLIK) AND
INTERNET CAFE IN BANDA ACEH
Moh. Muttaqin
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Jl. Tombak No.31, Medan, Tel. / Fax. : (061) 6639817
moh.muttaqin@kominfo.go.id, moh.muttaqin@gmail.com
ABSTRAK
Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) merupakan program pemerintah melalui
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam upaya pemerataan informasi dan
memasyarakatkan internet sehat. Kenyataannya, keberlangsungan program PLIK banyak
menghadapi kendala, terutama kalah populer dibandingkan dengan warnet yang
memiliki segmentasi konsumen yang sama. Penelitian ini bertujuan menganalisis
perbandingan kecepatan koneksi PC client PLIK dengan warnet. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui pengujian
kecepatan koneksi menggunakan alat uji kecepatan online. Pengujian ini menghasilkan
nilai-nilai kecepatan berupa angka yang dikonversikan dalam satuan Mega bit per second
(Mbps). Temuan penelitian menunjukkan kecepatan download PC client PLIK hanya
setengah kecepatan download PC client warnet, sementara kecepatan upload PLIK dan
warnet tidak terpaut jauh. Tren perubahan kecepatan koneksi internet pada PLIK terus
menurun seiring perjalanan waktu pagi ke sore, sedangkan tren perubahan kecepatan
pada warnet hanya kembali meningkat di waktu sore setelah menurun di waktu siang.
Kata Kunci: Pusat Layanan Internet Kecamatan, warnet, PC client, kecepatan koneksi
internet
ABSTRACT
Sub District Internet Access (PLIK) is the governmental program conducted by
Ministry of Information and Communication Technology (MICT) in order to evenly
distribute information and socializing safe internet usage. In fact, the implementation of
PLIK faced many problems, especially it is less popular compared to internet cafe that has
similar consumer segmentation. This research aimed to analyze the comparison of PC
client connection speed between PLIK and internet cafe, using descriptive method and
quantitative approach by testing the connection speed utilizing online tester. This test
shows the connection speed in numeric in Mega bit per second (Mbps).The research found
that the PLIK’s download speed is only a half of internet cafe’s, while comparison of the
upload speed is not significantly different. The speed changes trend in PLIK’s internet
connection speed is decreased steadily from morning to afternoon, while internet cafe’s is
increased in the afternoon, after decreased at noon.
Keywords: Sub District Internet Access, internet cafe, PC client, internet connection speed
68 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
PENDAHULUAN
Pusat Layanan Internet
Kecamatan (PLIK) merupakan
perwujudan dari visi Information and
Communication Technology (ICT)
Indonesia yang dicanangkan oleh
Kemenkominfo yaitu terwujudnya
masyarakat Indonesia berbasis
informasi secara bertahap hingga
tahun 2025. Program ini akan
tersebar di kurang lebih 5.748
kecamatan di seluruh Indonesia.
Hingga 5 Juli 2011 telah terinstalasi
sebanyak 5.105 PLIK di 32 Provinsi
se-Indonesia.1
Namun, penyelenggaraan
program PLIK di lapangan
menghadapai banyak permasalahan,
sehingga membuat Rapat Dengar
Pendapat (RDP) Menteri Kominfo
Tifatul Sembiring dengan Komisi I
DPR RI pada 18 Januari 2012 lalu
menyepakati evaluasi menyeluruh
pada program-program Kominfo,
salah satunya PLIK.2 Indonesian
Telecommunications Users Group
(IdTUG) merekomendasikan
Kementerian Kominfo dan DPR
melakukan inspeksi ke lapangan
untuk melihat status program PLIK
secara langsung.3
Permasalahan penting terkait
keberlangsungan program PLIK
adalah tingkat pemanfaatannya
dibandingkan layanan akses internet
lainnya yang memiliki segmentasi
pengguna yang sama, seperti warnet.
Dengan demikian, warnet adalah
saingan bagi PLIK. PLIK tak banyak
berbeda dengan warnet, kecuali
koneksinya yang menggunakan V-Sat,
sistem operasi Linux, aplikasinya yang
mengandalkan opensource, konten
internet sehat dan harganya yang tak
lebih dari Rp 2000,00 per jam.
Namun, penelitian mengenai
pemanfaatan internet di Indonesia
menyebutkan bahwa pengguna
warnet di Indonesia menjadikan
aspek kecepatan akses sebagai faktor
terpenting dalam memilih akses
internet mereka, harga hanya menjadi
prioritas kedua.4 Sehingga untuk
dapat bersaing, PLIK seharusnya
memiliki kecepatan akses yang lebih
baik dari warnet. Padahal kecepatan
adalah salah satu hal yang banyak
dikeluhkan di PLIK. Permasalahan
inilah yang mendasari penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan kecepatan
koneksi internet PC client PLIK
dengan warnet kemudian
menganalisis perbandingan kecepatan
koneksi internet tersebut.
Agar topik penelitian ini tidak
terlalu melebar maka penelitian
dibatasi hanya dilakukan terhadap
PLIK yang beroperasi di Kota Banda
Aceh dan warnet yang terdekat
dengan setiap PLIK tersebut. Kota ini
dipilih karena posisinya sebagai
ibukota salah satu provinsi dengan
penetrasi teknologi telekomunikasi
terendah dibandingkan dengan
daerah lainnya di Indonesia.5
Data kecepatan yang diuji adalah
kecepatan unduh (dowload speed) dan
kecepatan unggah (upload speed)
pada pagi, siang dan sore hari.
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
69
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
Pengujian kecepatan dilakukan
dengan menggunakan alat uji
kecepatan internet online, yaitu
speedtest, OOKLA dan bandwidthplace.
Hasil penelitian ini bermanfaat
sebagai data dan informasi yang dapat
menjadi bahan bagi penelitian
lanjutan terkait kinerja PLIK dan
warnet sebagai sarana penyediaan
layanan internet bagi masyarakat di
Kota Banda Aceh.
Hasil penelitian ini juga
menyajikan gambaran bagaimana
perbedaan kecepatan akses yang
dirasakan oleh pengguna PLIK dengan
pengguna warnet dan dampak
perbedaan kecepatan tersebut bagi
program PLIK. Dengan demikian
dapat diketahui bagaimana kondisi
persaingan PLIK dengan warnet yang
memang memiliki segmentasi
pengguna yang sama. Gambaran
pemilihan layanan internet
berdasarkan kecepatan koneksi
internet ini akan memberitahukan
langkah apa yang harus dilakukan
untuk menjadikan PLIK tetap dapat
bersaing dan bertahan menjadi
layanan internet yang baik bagi
masyarakat.
Kecepatan Koneksi Internet
Dalam pembahasan network
baseband (sinyal digital), maka
bandwidth dapat diartikan sebagai
jumlah bit-bit yang ditransmisikan
dalam waktu tertentu. Sebuah
network dengan bandwidth 10 Mbps
(Mega bit per second) artinya jaringan
tersebut mampu mampu
mentransmisikan data sebanyak 10
Megabit per detik. Bandwidth juga
dapat dipandang dari sisi kecepatan.
Dalam hal ini, bandwidth dapat berarti
berapa lama waktu yang diperlukan
untuk mengirimkan sebuah bit data
melalui jaringan. Bandwidth 10 Mbps
berarti setiap bit data dapat
dikirimkan dalam waktu 0,1
microsecond. Dalam kenyataannya,
media dengan bandwidth 10 Mbps
tidak mencapai nilai aktual sebasar 10
Mbps dalam praktik komunikasi data,
sehingga dikenal istilah bandwidth riil
atau troughput. Jika suatu jaringan 10
Mbps ternyata hanya dapat melayani
aplikasi video dengan kemampuan 2
Mbps, artinya network tersebut
memiliki troughput hanya 2 Mbps.6
Dalam pembicaraan mengenai
kecepatan akses, sebenarnya yang
dimaksud dengan kecepatan akses ini
adalah troughput dan bukan
bandwidth, walaupun keduanya
memiliki keterkaitan. Kecepatan
transmisi data melalui suatu media
juga dikenal dengan istilah datarate
(kecepatan data).
Kecepatan akses internet
dapat didefinisikan sebagai kecepatan
perpindahan data (datarate) melalui
layanan jaringan global internet antar
host (setiap unit sistem komputer)
yang terhubung pada jaringan
tersebut. Secara teoritis, batas
maksimum kecepatan transmisi data
melalui berbagai media memang
berbeda. Misalnya, media transmisi
satelit (udara) tentu memiliki
kecepatan transmisi yang lebih
rendah dari media yang menggunakan
kabel, apalagi serat optik.
70 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
Faktor lainnya adalah kecepatan
jaringan yang tersedia. Kecepatan
jaringan yang rendah akan
membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk mengakses konten media di
internet dibandingkan jaringan
dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Pengujian Kecepatan Koneksi
Internet Secara Online
Pengujian kecepatan internet
secara online adalah pengujian
kecepatan perpindahan data melalui
jaringan internet yang dilakukan
secara online. Alat yang digunakan
dalam pengujian secara online ini
biasanya berupa website. Kecepatan
yang dapat dilihat melalui pengujian
ini adalah kecepatan unduh
(download speed) dan kecepatan
unggah (upload speed). Kecepatan
unduh didefinisikan sebagai
kecepatan transfer data dari server ke
komputer pengguna (client),
sedangkan kecepatan unggah adalah
kecepatan transfer data dari
komputer pengguna (client) ke server
di jaringan internet.
Pengujian kecepatan koneksi
internet secara online juga mendapat
dukungan dari lembaga standarisasi
komunikasi FCC (Federal
Communication Commission).
Menanggapi kebutuhan masyarakat
pengguna internet yang tidak hanya
ingin mengetahui berapa kecepatan
maksimum teoritis dari jaringan yang
mereka gunakan, pengguna lebih
menginginkan untuk mengetahui
kecepatan aktual dari koneksi yang
mereka miliki.7
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan
dengan melakukan pengujian secara
online terhadap kecepatan koneksi
internet PC client PLIK dan warnet
menggunakan website penguji
kecepatan koneksi internet. Pengujian
ini menghasilkan nilai-nilai kecepatan
berupa angka yang dikonversikan
dalam satuan Mbps (Mega bit per
second).
Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah PLIK dan
warnet yang beroperasi di Kota Banda
Aceh. Tercatat menurut data
Dishubkomintel Aceh dan data PLIK di
Kota Banda Aceh di website plikuso.
com,8 terdapat 11 PLIK di 9
kecamatan dalam Kota Banda Aceh.
Karena jumlah populasi PLIK yang
sangat kecil, maka metode sampling
yang digunakan adalah total sampling.
Karena penelitian ini akan
membandingkan data kecepatan
koneksi internet PC client PLIK
dengan warnet, dan jumlah populasi
warnet yang ada lebih besar dari
jumlah populasi PLIK maka jumlah
warnet yang dijadikan sampel juga
dibatasi. Untuk setiap kecamatan
diambil satu sampel warnet yang
lokasinya paling dekat dengan lokasi
PLIK di kecamatan tersebut, sehingga
terpilih jumlah warnet yang diuji
sebanyak 9 warnet di 9 kecamatan.
Jumlah PC client yang diuji dalam
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
71
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
setiap PLIK dan warnet adalah 1 unit
PC client yang dipilih secara acak.
Pengumpulan data dilakukan
melalui penelitian kepustakaan dan
penelitian lapangan. Penelitian
kepustakaan (library research)
menggunakan sumber bacaan yang
terpilih dan terkait atau relevan
dengan masalah yang akan diteliti.
Penelitian lapangan dilakukan dengan
melakukan pengujian langsung pada
objek penelitian. Pengujian kecepatan
akses internet PC client pada PLIK dan
warnet dilakukan meggunakan
website penguji kecepatan koneksi
yang sama untuk mengukur download
dan upload speed. Penguji kecepatan
koneksi internet secara online yang
dipilih adalah speedtest
(http://speedtest.net/), OOKLA
(http://www.ookla.com/) dan
bandwidthplace (http://www.band
widthplace.com/).
Data pengujian akan divariasi
berdasarkan waktu yaitu pengujian
pagi (08.00-10.00), pengujian siang
(11.00-13.00) dan pengujian sore
(15.00-17.00). Pengujian malam tidak
dilakukan karena waktu operasional
PLIK tidak sampai malam hari. Waktu
pengujian untuk warnet sama dengan
waktu pengujian untuk PLIK. Warnet
yang dipilih adalah warnet yang
berdekatan dengan lokasi PLIK. Setiap
pengujian dilakukan diulang sebanyak
tiga kali untuk meningkatkan
kepercayaan data.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan
menghitung rata-rata hasil pengujian
kecepatan koneksi internet PC client
pada PLIK dan rata-rata hasil
pengujian kecepatan koneksi internet
PC client pada warnet. Perhitungan
nilai rata-rata hasil pengujian
kecepatan koneksi yang terdiri dari
kecepatan download dan kecepatan
upload dilakukan dengan menghitung
rata-rata dari nilai-nilai hasil
pengukuran berdasarkan waktu
pengukuran dan berdasarkan alat
ukur yang digunakan. Dengan
demikian akan didapatkan nilai ratarata
kecepatan download dan upload
untuk setiap waktu pengukuran dan
setiap alat ukur yang digunakan.
Nilai rata-rata download dan
upload dari pengujian PLIK dan
warnet ini kemudian dibandingkan.
Dari nilai perbandingan ini dapat
dianalisis dampak perbedaan
kecepatan koneksi internet PLIK
dengan warnet, khususnya bagaimana
kecenderungan pilihan pengguna
internet terhadap keduanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fakta yang terungkap di
lapangan, tidak semua PLIK yang
disebutkan dalam data awal masih
beroperasi. Hanya terdapat tiga PLIK
saja yang masih beroperasi yaitu PLIK
di kecamatan Syiah Kuala,
Baiturrahman (PLIK Baiturrahman II)
dan PLIK Lueng Bata. Dengan
demikian, maka PLIK yang diteliti
hanya ketiga PLIK tersebut,
sedangkan warnet yang diteliti adalah
warnet yang terdekat dengan lokasi
PLIK di 9 kecamatan yaitu BIP Net
(Banda Raya), Double Click (Kuta
72 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
Alam), Family Net (Kuta Raja), Barsya
Net (Meuraxa), Abu Game Station
(Jaya Baru), Core Net (Ulee Kareng),
Master.com (Syiah Kuala), Naifah Net
(Baiturrahman) dan Waris Net (Lueng
Bata).
Hasil Pengukuran
Pengukurun kecepatan
download dan upload PC client PLIK
dan warnet dilakukan dengan
mengacu pada waktu pengukuran
maupun jenis pengukur yang
digunakan. Dengan demikian,
kecepatan download dan upload PC
client PLIK dan warnet dapat
dibandingkan berdasarkan acuan
waktu pengukuran maupun alat ukur.
Semua hasil pengukuran dalam
satuan Mbps (Megabit per second).
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kecepatan Koneksi Internet PC Client PLIK dan
Warnet di Kota Banda Aceh (semua nilai dalam Mbps)
No. Nama tester waktu pengukuran1 pengukuran2 pengukuran3 Ket.
1 BIPNet speedtest pagi 0,28 0,32 0,26
DS
BandaRaya
siang 0,24 0,17 0,13
sore 0,31 1,91 1,8
OOKLA pagi 0,29 0,24 0,31
siang 0,28 0,16 0,51
sore 0,36 0,99 0,65
bandwidth pagi 0,222 0,241 0,24
place siang 0,226 0,193 0,191
sore 0,22 1,91 1,47
speedtest pagi 0,24 0,24 0,24
US
siang 0,24 0,23 0,24
sore 0,2 0,41 0,43
OOKLA pagi 0,22 0,23 0,18
siang 0,21 0,21 0,22
sore 0,16 0,36 0,27
bandwidth pagi 0,14 0,219 0,178
place siang 0,124 0,195 0,132
sore 0,354 0,375 0,382
2 Double speedtest pagi 1,9 1,1 0,93
DS
Click
siang 1,93 1,63 1,8
Kuta Alam
sore 0,22 0,29 0,39
OOKLA pagi 0,59 1,43 0,89
siang 1,46 1,21 0,94
sore 2,03 1,19 1,97
bandwidth pagi 1,12 1,31 1,4
place siang 1,36 1,84 1,65
sore 1,63 1,67 2,03
speedtest pagi 0,41 0,32 0,37
US
siang 0,36 0,35 0,42
sore 0,47 0,43 0,44
OOKLA pagi 0,2 0,16 0,13
siang 0,23 0,29 0,18
sore 0,29 0,25 0,26
bandwidth pagi 0,304 0,297 0,385
place siang 0,231 0,227 0,387
sore 0,259 0,408 0,396
3 Family speedtest pagi 1,74 1,64 1,28 DS
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
73
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
Net
siang 1,56 1,39 1,13
Kuta Raja
sore 0,4 0,48 0,45
OOKLA pagi 0,83 1,19 1,46
siang 1,83 1,06 1,8
sore 0,33 0,46 0,43
bandwidth pagi 1,76 1,76 1,58
place siang 1,86 1,13 1,69
sore 0,486 0,494 0,481
speedtest pagi 0,42 0,43 0,44
US
siang 0,47 0,42 0,46
sore 0,25 0,25 0,25
OOKLA pagi 0,34 0,21 0,41
siang 0,16 0,24 0,31
sore 0,17 0,2 0,17
bandwidth pagi 0,351 0,298 0,307
place siang 0,246 0,335 0,444
sore 0,139 0,234 0,137
4 BarsyaNet speedtest pagi 0,19 0,14 0,16
DS
Meuraxa
siang 0,21 0,15 0,22
sore 0,16 0,11 0,11
OOKLA pagi 0,15 0,13 0,24
siang 0,21 0,13 0,23
sore 0,08 0,19 0,24
bandwidth pagi 0,167 0,286 0,225
place siang 0,134 0,219 0,249
sore 0,175 0,091 0,127
speedtest pagi 0,09 0,06 0,06
US
siang 0,1 0,11 0,08
sore 0,09 0,09 0,08
OOKLA pagi 0,12 0,11 0,08
siang 0,06 0,12 0,12
sore 0,04 0,09 0,12
bandwidth pagi 0,104 0,083 0,108
place siang 0,073 0,118 0,114
sore 0,1 0,73 0,46
5 Abu Game speedtest pagi 1,36 0,86 1,22
DS
Station
siang 1,33 1,34 1,45
Jaya Baru
sore 1,21 1,59 1,52
OOKLA pagi 0,48 0,55 1,09
siang 1,25 1,05 1,23
sore 1,36 1,14 1,66
bandwidth pagi 1,43 1,18 1,49
place siang 1,16 1,19 1,32
sore 1,32 1,3 1,23
speedtest pagi 0,34 0,33 0,23
US
siang 0,29 0,32 0,32
sore 0,29 0,32 0,28
OOKLA pagi 0,26 0,25 0,25
siang 0,24 0,26 0,25
sore 0,16 0,24 0,24
bandwidth pagi 0,285 0,223 0,199
place siang 0,253 0,283 0,288
sore 0,266 0,248 0,252
6 CoreNet speedtest pagi 0,18 0,85 0,87 DS
74 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
Ulee Kareng
siang 0,82 0,6 0,64
sore 1,2 1,46 1,45
OOKLA pagi 0,49 0,83 0,45
siang 0,48 0,49 0,61
sore 0,52 0,5 1,04
bandwidth pagi 0,299 0,547 0,479
place siang 0,426 0,377 0,164
sore 1,17 1,46 1,35
speedtest pagi 0,29 0,4 0,4
US
siang 0,35 0,39 0,32
sore 0,41 0,47 0,47
OOKLA pagi 0,23 0,25 0,25
siang 0,22 0,26 0,23
sore 0,24 0,28 0,28
bandwidth pagi 0,212 0,268 0,266
place siang 0,281 0,247 0,193
sore 0,28 0,317 0,314
7 Master speedtest pagi 0,79 1,16 1,23
DS
.com
siang 0,95 1,07 1,21
Syiah Kuala
sore 0,31 0,43 0,49
OOKLA pagi 0,97 0,93 0,9
siang 0,84 0,8 0,91
sore 0,34 0,3 0,29
bandwidth pagi 1,1 1,05 1,81
place siang 1,17 1,09 1,27
sore 0,28 0,295 0,404
speedtest pagi 0,22 0,19 0,25
US
siang 0,23 0,25 0,26
sore 0,24 0,19 0,2
OOKLA pagi 0,2 0,16 0,23
siang 0,11 0,11 0,22
sore 0,21 0,09 0,11
bandwidth pagi 0,23 0,239 0,236
place siang 0,176 0,235 0,224
sore 0,173 0,165 0,2
8 PLIK speedtest pagi 0,45 0,54 0,5
DS
Syiah Kuala
siang 0,48 0,53 0,51
sore 0,51 0,52 0,51
OOKLA pagi 0,53 0,46 0,49
siang 0,53 0,48 0,54
sore 0,52 0,51 0,59
bandwidth pagi 0,526 0,583 0,512
place siang 0,496 0,576 0,535
sore 0,466 0,57 0,557
speedtest pagi 0,11 0,12 0,12
US
siang 0,11 0,12 0,12
sore 0,1 0,12 0,12
OOKLA pagi 0,11 0,12 0,12
siang 0,11 0,1 0,12
sore 0,11 0,08 0,12
bandwidth pagi 0,104 0,115 0,112
place siang 0,112 0,114 0,115
sore 0,119 0,103 0,117
9 Naifah speedtest pagi 2,66 2,67 2,48 DS
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
75
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
Net
siang 0,53 0,65 0,78
Baiturrahman
sore 0,77 0,78 0,64
OOKLA pagi 2,7 2,03 2,31
siang 0,53 0,69 0,63
sore 0,71 0,52 0,84
bandwidth pagi 2,91 2,21 2,99
place siang 0,814 0,763 0,739
sore 0,777 0,777 0,639
speedtest pagi 0,47 0,43 0,48
US
siang 0,27 0,29 0,38
sore 0,34 0,39 0,36
OOKLA pagi 0,36 0,33 0,35
siang 0,16 0,31 0,21
sore 0,18 0,15 0,21
bandwidth pagi 0,276 0,345 0,335
place siang 0,222 0,298 0,227
sore 0,199 0,227 0,24
10 PLIK speedtest pagi 0,2 0,29 0,26
DS
Baiturrahman II
siang 0,25 0,25 0,25
sore 0,2 0,21 0,22
OOKLA pagi 0,24 0,27 0,23
siang 0,29 0,26 0,23
sore 0,19 0,2 0,19
bandwidth pagi 0,261 0,273 0,327
place siang 0,277 0,292 0,171
sore 0,216 0,219 0,197
speedtest pagi 0,25 0,28 0,28
US
siang 0,28 0,29 0,28
sore 0,27 0,28 0,27
OOKLA pagi 0,39 0,38 0,37
siang 0,38 0,29 0,37
sore 0,37 0,3 0,37
bandwidth pagi 0,302 0,413 0,33
place siang 0,276 0,281 0,259
sore 0,279 0,39 0,322
11 Waris speedtest pagi 2,23 2,85 1,35
DS
Net
siang 1,29 1,11 1,07
LuengBata
sore 2,08 2,01 2,7
OOKLA pagi 1,06 1,29 2,65
siang 1,23 0,37 0,58
sore 1,53 2,02 1,71
bandwidth pagi 2,82 1,91 1,88
place siang 0,479 0,658 0,953
sore 2,05 2,02 1,78
speedtest pagi 0,4 0,15 0,32
US
siang 0,38 0,25 0,24
sore 0,4 0,32 0,41
OOKLA pagi 0,23 0,13 0,28
siang 0,21 0,22 0,17
sore 0,24 0,31 0,25
bandwidth pagi 0,327 0,336 0,167
place siang 0,264 0,13 0,176
sore 0,325 0,301 0,331
12 PLIK speedtest pagi 1,06 1,04 1,03 DS
76 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
Lueng Bata
siang 1 0,64 0,7
sore 0,42 0,32 0,51
OOKLA pagi 0,72 1,04 1,05
siang 0,58 0,61 0,68
sore 0,24 0,11 0,16
bandwidth pagi 0,884 1,09 0,931
place siang 0,746 0,607 0,815
sore 0,266 0,29 0,367
speedtest pagi 0,19 0,25 0,25
US
siang 0,11 0,16 0,2
sore 0,17 0,19 0,14
OOKLA pagi 0,12 0,13 0,21
siang 0,09 0,1 0,12
sore 0,09 0,15 0,11
bandwidth pagi 0,217 0,198 0,218
place siang 0,188 0,118 0,222
sore 0,119 0,125 0,089
Keterangan: DS = Download Speed, US = Upload Speed
Perbandingan Kecepatan
Berdasarkan Waktu
Perbandingan kecepatan
koneksi internet PC client PLIK
dengan warnet berdasarkan waktu
pengukuran ditampilkan pada Tabel
2.
Tabel 2 menunjukkan
perbedaan kecepatan download
antara PC client PLIK dengan warnet
sangat signifikan. Sedangkan
perbedaan kecepatan upload di antara
keduanya tidak terlalu berbeda.
Tabel 2. Perbandingan Kecepatan PC Client PLIK dengan Warnet Berdasarkan Waktu
(satuan kecepatan dalam Mbps)
Mbps pagi Siang sore
Download Speed
PLIK : warnet = 1 : 2 PLIK : warnet = 4 : 7 PLIK : warnet = 3 : 8
Upload Speed
PLIK : warnet = 5 : 6 PLIK : warnet = 3 : 4 PLIK : warnet = 2 : 3
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
77
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
Pada pengukuran pagi,
perbandingan kecepatan download
PLIK : warnet adalah 1 : 2 dari
perbandingan rata-rata hasil
pengukuran senilai 0,585 : 1,156
Mbps, pengukuran siang memberikan
perbandingan 4 : 7 dari rata-rata hasil
pengukuran senilai 0,494 : 0,867
Mbps, dan pengukuran sore
memberikan perbandingan 3 : 8 dari
rata-rata hasil pengukuran senilai
0,344 : 0,942 Mbps. Sedangkan untuk
kecepatan upload, pengukuran pagi
untuk perbandingan kecepatan PLIK :
warnet adalah 5 : 6 dari rata-rata hasil
pengukuran 0,215 : 0,260 Mbps,
pengukuran siang memberikan
perbandingan 3 : 4 dari rata-rata hasil
pengukuran 0,186 : 0,243 Mbps, dan
pengukuran sore memberikan
perbandingan 2 : 3 dari rata-rata hasil
pengukuran 0,186 : 0,270 Mbps.
Perbandingan Kecepatan
Berdasarkan Alat Ukur
Perbandingan kecepatan
koneksi internet PC client PLIK
dengan warnet berdasarkan alat ukur
yang digunakan ditampilkan pada
Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan
perbedaan kecepatan download
antara PC client PLIK dengan warnet
sangat signifikan. Sedangkan
perbedaan kecepatan upload di antara
keduanya tidak terlalu berbeda.
Pada pengukuran menggunakan
speedtest, perbandingan kecepatan
download PLIK : warnet adalah 1 : 2
dari perbandingan rata-rata hasil
pengukuran senilai 0,496 : 1,029
Mbps, pengukuran menggunakan
OOKLA memberikan perbandingan 1 :
2 dari rata-rata hasil pengukuran
senilai 0,442 : 0,881 Mbps, dan
Tabel 3. Perbandingan Kecepatan PC Client PLIK dengan Warnet Berdasarkan Alat Ukur
(satuan kecepatan dalam Mbps)
Mbps speedtest OOKLA bandwidth place
Download Speed
PLIK : warnet = 1 : 2 PLIK : warnet = 1 : 2 PLIK : warnet = 1 : 2
Upload Speed
PLIK : warnet = 5 : 8 PLIK : warnet = 1 : 1 PLIK : warnet = 7 : 9
78 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
pengukuran menggunakan
bandwidthplace memberikan
perbandingan 1 : 2 dari rata-rata hasil
pengukuran senilai 0,483 : 1,054
Mbps. Sedangkan untuk kecepatan
upload, pengukuran menggunakan
speedtest untuk perbandingan
kecepatan PLIK : warnet adalah 5 : 8
dari rata-rata hasil pengukuran 0,192
: 0,305 Mbps, pengukuran
menggunakan OOKLA memberikan
perbandingan 1 : 1 dari rata-rata hasil
pengukuran 0,197 : 0,213 Mbps, dan
pengukuran menggunakan
bandwidthplace memberikan
perbandingan 7 : 9 dari rata-rata hasil
pengukuran 0,198 : 0,255 Mbps.
Hal ini menunjukkan hasil
pengukuran berdasarkan waktu
maupun alat ukur secara umum
memberikan hasil yang sama,
walaupun nilai perbandingan pada
tiap pengukurannya sedikit berbeda.
Perbandingan Kecepatan PLIK
dengan Warnet
Dari keseluruhan pengukuran
kecepatan download dan upload
terhadap PC client PLIK dan warnet,
baik menggunakan acuan
berdasarkan waktu pengukuran
maupun alat ukur (tester) dapat
dilakukan perhitungan rata-rata
perbandingan kecepatan download
dan upload PC client PLIK dengan
warnet. Penyajian perbandingan
kecepatan PC client PLIK dengan
warnet hasil pengukuran berikut ini
akan disajikan dengan menggunakan
rata-rata hasil pengukuran dari ketiga
alat ukur (tester) yang digunakan dan
menampilkannya dalam variabel
waktu. Hal ini bertujuan agar
penyajian perbandingan kecepatan ini
sekaligus dapat mengetahui
kecenderungan perubahan download
dan upload PC client di PLIK dan
warnet seiring perubahan waktu dari
pagi hingga sore hari yang menjadi
patokan waktu pengukuran.
Perbandingan akhir yang
ditunjukkan dalam Tabel 4
menggambarkan bahwa kecepatan
download PLIK hanya setengah dari
kecepatan download warnet,
sedangkan perbedaan kecepatan
upload PLIK dengan warnet tidak
terlalu signifikan. Perbandingan 1 : 2
untuk kecepatan download PLIK :
Tabel 4. Perbandingan Kecepatan PC Client PLIK dengan Warnet
Download Speed Upload Speed
PLIK : warnet = 1 : 2 PLIK : warnet = 3 : 4
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
79
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
warnet diperoleh dari perbandingan
rata-rata kecepatan senilai 0,474 :
0,988 Mbps. Sedangkan perbandingan
3 : 4 untuk kecepatan upload PLIK :
warnet diperoleh dari perbandingan
rata-rata kecepatan senilai 0,196 :
0,258 Mbps. Namun, walaupun
perbedaan kecepatan upload PLIK
dengan warnet hanya sedikit berbeda,
kecepatan upload PLIK juga berada di
bawah kecepatan upload warnet.
Dengan demikian, baik dalam
kecepatan download maupun upload,
PLIK tertinggal dari warnet.
Analisis Perbandingan Kecepatan
PLIK dengan Warnet
Rendahnya kecepatan download
PLIK dibanding warnet (0,474 : 0,988
Mbps untuk PLIK : warnet) memiliki
dampak serius bagi program PLIK.
Aktivitas download merupakan
aktivitas yang lebih banyak dilakukan
oleh pengguna internet daripada
aktivitas upload (0,196 : 0,258 Mbps
untuk PLIK : warnet). Temuan ini
menunjukkan pengguna internet akan
lebih memilih warnet daripada PLIK
karena kecepatan download yang
lebih tinggi. Apalagi kecepatan upload
warnet juga lebih tinggi walaupun
perbedaannya tidak terlalu besar.
Membiarkan kecepatan koneksi
PLIK tetap tertinggal dari warnet akan
berdampak pada beralihnya pengguna
PLIK saat ini ke warnet. Peningkatan
kecepatan, terutama kecepatan
download perlu diprioritaskan, karena
faktor ini merupakan faktor utama
dalam memilih fasilitas akses. Tarif
PLIK yang hanya Rp 2.000,00 tidak
cukup untuk menjaga pengguna PLIK
untuk tetap bertahan di PLIK karena
faktor harga hanya prioritas kedua
dalam memilih fasilitas akses internet
di Indonesia. Selain itu, tarif warnet
hanya sedikit lebih mahal, dalam
kisaran Rp 3.000,00 hingga Rp
4.000,00 per jam, bahkan
menawarkan paket-paket bagi
pengguna internet sehingga tarifnya
dapat mendekati tarif PLIK.
Selain perbandingan nilai
kecepatan, perbandingan tren
perubahan kecepatan warnet juga
lebih baik dari PLIK. Kecepatan
koneksi internet di PLIK cenderung
menurun pada rentang waktu siang ke
sore, sementara di warnet justru
meningkat. Pada rentang waktu ini,
pengguna PLIK dapat beralih
mengakses internet di warnet karena
kecepatan yang lebih baik. Tren
penurunan kecepatn di PLIK ini
kemungkinan dipicu oleh
karakteristik media yang digunakan.
PLIK yang standar menggunakan Vsat
dengan medium udara, sehingga
kecepatan data yang ditransmisikan
melalui medium ini dipengaruhi oleh
perubahan kondisi udara yang
berbeda di pagi, siang maupun sore
hari.
SIMPULAN
Berdasarkan data hasil
pengujian kecepatan koneksi internet
PC client PLIK dan warnet di Kota
Banda Aceh dan analisis terhadap
data-data tersebut dapat disimpulkan
bahwa kecepatan download PC client
PLIK masih tidak berimbang dengan
80 Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Analisis Perbandingan Kecepatan Koneksi Internet ... | Moh. Muttaqin
kecepatan download PC client warnet.
Kecepatan upload PC client PLIK juga
lebih lambat dari kecepatan upload
warnet, namun perbedaannya tidak
sesignifikan pada perbedaan
kecepatan download. Perubahan
kecepatan download dan upload PC
client PLIK dan warnet dengan
variabel waktu menunjukkan tren
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
1Balai Penyedia dan Pengelola
Pembiayaan Telekomunikasi
dan Informatika (BP3TI). 2011.
(http://relawan-tik.org/wpcontent/
uploads/2011/08/SOSI
ALISASI-BOGOR-BP3TI.pdf,
diakses 13 Februari 2012)
2PIH KOMINFO. Siaran Pers
No.6/PIH/KOMINFO/1/2012
tentang Rapat Kerja Komisi 1
DPR-RI Dengan Menteri
Kominfo Tifatul Sembiring.
2012. (http://kominfo.go.id/
siaran_pers/detail/2404/Siaran
+Pers+No.+6-PI H-KOMINFO-1-
2012+tentang+Rapat+Kerja+Ko
misi+1+DPR-RI+Dengan+Mente
ri+Kominfo+Tifatul+Sembiring,
diakses 14 Februari 2012)
3Pitoyo, Arif. 2011. Sebagian Besar
Warnet PLIK Tak Bermanfaat.
(http://www.bisnis.com/article
s/sebagian-besar-warnet-plik-ta
k-bermanfaat, diakses 14
Februari 2012)
4Furuholt, Bjorn dan Stein
Kristiansen. 2007. Internet Cafés
in Asia and Africa -Venues for
Education and Learning? Journal
of Community Informatics, Vol 3
(2).
5Herlambang, Beriantho. 2011.
Implementation of USO Program
in Indonesia.
(http://www.itu.int/ITU-D/asp
/CMS/Events/2011/ITU-ADB/
Indonesia/Session2-BP3TI .pdf,
diakses tanggal 17 Februari
2012)
6Sofana, Iwan. 2011. Teori & Modul
Praktikum Jaringan Komputer.
Bandung: Modula.
7Pomerantz, Bruce. 2011. Broadband
Speed Testing.
(http://www.selco.info/downlo
ad/attachments/38535197/Bro
adband+Speed+Testing.pdf,
diakses 28 Februari 2012)
8PLIK Kota Banda Aceh. (http://plikuso.
com/index.php?option=com
_content&view=article&id=94:k
ota-banda-aceh&catid=42:nangr
oe-aceh-darusalam-&Itemid=19
3, diakses 18 Januari 2012)
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
1. Standar Umum Penulisan Karya Tulis Ilmiah
a. Naskah ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa Inggris.
b. Judul, Abstrak dan Kata Kunci harus ditulis dalam dua versi bahasa (Indonesia
dan Inggris)
c. Ditulis dengan menggunakan MS Word pada kertas ukuran A4
(210mmX297mm), font Times New Roman ukuran 12, spasi 1,15 kecuali tabel
(spasi 1,0). Batas atas dan bawah 3 cm, tepi kiri dan kanan 3,17 cm). Jumlah
halaman 10-15 halaman isi. Jumlah tersebut tidak termasuk lampiran.
d. Penulisan awal paragraf pada abstrak dan isi menjorok ke dalam 1 cm.
e. Penyebutan istilah di luar bahasa Indonesia atau Inggris harus ditulis dengan
huruf cetak miring (italic)
f. Tidak menggunakan penomoran dalam penulisan subjudul. Jika diperlukan,
subjudul diperbolehkan tanpa memberikan penomoran.
2. Struktur Karya Tulis Ilmiah
Naskah Karya Tulis Ilmiah tersusun menurut urutan sebagai berikut:
a. Judul
b. Nama dan Alamat Penulis
c. Abstrak
d. Kata Kunci
e. Pendahuluan (berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan,teori, dan
hipotesis [opsional])
f. Metode Penelitian (berisi waktu dan tempat, bahan/cara pengumpulan data,
metode analisis data)
g. Hasil dan Pembahasan
h. Simpulan
i. Daftar Pustaka
3. Cara Penulisan Judul
Judul diketik dengan huruf kapital tebal (bold) dan mencerminkan inti tulisan.
Apabila judul ditulis dalam bahasa Indonesia maka dibawahnya ditulis ulang dalam
bahasa Inggris; begitu juga sebaliknya.
4. Cara Penulisan Nama dan Alamat
a. Nama penulis diketik dibawah judul, ditulis lengkap tanpa menyebutkan gelar.
b. Alamat penulis (nama dan alamat instansi tempat bekerja) ditulis lengkap
dengan jarak satu spasi beserta e-mail dibawah nama penulis.
c. Jika penulis lebih dari satu orang maka harus ditambahkan kata penghubung
‘dan’ (bukan lambang ‘&’).
d. Jika penulis lebih dari satu dengan alamat berbeda, maka penulis yang berbeda
alamat/instansi diberi tanda asterisk* dan untuk membedakan
alamat/instansinya. Contoh:
I.
Jaka Sembiring* dan Edi Triono Nuryatno**
81
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
*Bandung Institute of Technology, School of Electrical Engineering and
Informatics Jl. Ganeca No. 10 Bandung – Indonesia
jaka@stei.itb.ac.id
**Bandung Institute of Technology, School of Electrical Engineering and
Informatics Jl. Ganeca No. 10 Bandung – Indonesia
2editriono@gmail.com
II.
Jaka Sembiring* dan Yudi Satria Gondokaryono**
Bandung Institute of Technology, School of Electrical Engineering and
Informatics Jl. Ganeca No. 10 Bandung - Indonesia
*jaka@stei.itb.ac.id
**ygondokaryono@stei.itb.ac.id
5. Cara Penulisan Abstrak dan Kata Kunci
a. Abstrak ditulis dalam satu paragraf dengan huruf cetak miring (italic) berjarak
satu spasi.
b. Maksimal 150 kata dalam bahasa Inggris, atau 250 kata dalam bahasa Indonesia.
c. Kata kunci terdiri dari tiga sampai lima kata, ditulis dengan huruf cetak miring
(italic).
d. Jika Abstract dalam bahasa Inggris maka diikuti Keywords dalam bahasa Inggris.
e. Jika Abstrak dalam bahasa Indonesia maka diikuti Kata Kunci dalam bahasa
Indonesia.
6. Cara Penyajian Tabel
a. Judul tabel ditampilkan dibagian atas tabel, rata kiri (bukan center), ditulis
menggunakan font Times New Roman ukuran 12.
b. Tulisan ‘Tabel’ dan ‘nomor’ ditulis tebal(bold), sedangkan judul tabel ditulis
normal.
c. Gunakan angka Arab (1,2,3, dst) untuk penomoran judul tabel.
d. Tabel ditampilkan rata kiri halaman (bukan center).
e. Jenis dan ukuran font untuk isi tabel bisa disesuaikan menurut kebutuhan (Times
New Roman atau Arial Narrow ukuran 8-11) dengan jarak spasi tunggal.
f. Pencantuman sumber atau keteranggan diletakkan dibawah tabel, rata kiri,
menggunakan font Times New Roman ukuran 10.
7. Cara Penyajian Gambar, Grafik, Foto atau Diagram
a. Keterangan gambar, grafik, foto, atau diagram ditulis dibawh ilustasi,
menggunakan font Times New Roman ukuran 12, ditempatkan di tengah
(center).
b. Tulisan ‘Gambar, Grafik, Foto atau Diagram’ dan ‘nomor’ ditulis tebal (bold),
sedangkan isi keterangan ditulis normal.
c. Gunakan angka Arab (1,2,3, dst.) untuk penomoran gambar, grafik, foto atau
diagram.
d. Gambar, grafik, foto atau diagram ditampilkan di tengah halaman (center).
e. Pencantuman sumber atau keterangan diletakkan dibawah ilustrasi, rata kiri,
menggunakan font Times New Roman ukuran 10.
82
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
f. Gambar, grafik, foto atau diagram dalam format file .jpg warna hitam putih,
kecuali jika warna menentukan arti.
8. Cara Penulisan Kutipan dan Daftar Pustaka
a. Penulisan kutipan ditunjukkan dengan membubuhkan angka (dalam format
superscript) sesuai urutan.
b. Angka kutipan ditulis setelah tanda titik akhir kalimat tanpa spasi, tanpa tanda
kurung satu atau kurung dua, dan tidak ditebalkan (bold).
c. Jika menyebut nama, maka angka kutipan langsung dibubuhkan setelah nama
tersebut.
d. Tidak perlu memakai catatan kaki.
e. Urutan dalam daftar pustaka ditulis sesuai dengan nomor urut kutipan dalam
naskah.
f. Nomor urut Daftar Pustaka ditulis dalam bentuk superscript.
8.1 Cara Penulisan Kutipan di dalam Teks
a. Dalam naskah diberikan tanda supersript pada pustaka yang digunakan, contoh:
....1 (Nomor yang ditulis sesuai dengan urutan dalam Daftar Pustaka).
b. Jika nama penulis harus ditampilkan, maka penulisannya sebagai berikut:
Menurut Adisomarto1 ....... (Nomor yang ditulis sesuai dengan urutan dalam
Daftar Pustaka).
8.2 Cara Penulisan Daftar Pustaka.
Berikut adalah contoh cara penulisan Daftar Pustaka dari berbagai sumber yang
berbeda.
a. Majalah ilmiah dengan Volume dan Nomor
Kriswati, E. 2008. Deformasi Gunung Api Bromo pada Peningkatan Aktivis
Vulkanik 2006-2007. Widyariset, 11(1): 27-36.
b. Buku (Satu Penulis)
Hasan, S. H. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
c. Buku (Dua hingga Empat Penulis)
Bambang, D. dan R. Riana. 2005. Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:
Rhineke Cipta.
Ostergen, R.Clifford, C. L. Kluge, and H. Bungert. 2006. Wisconsin German Land
and Life. Madison University of Wisconsin.
d. Buku (Lebih dari Empat Penulis)
Maryanto, I. Dkk. 2007. Nama Daerah Mamalia di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
Turabian, K.L. et al 2007. A Manual for Writers of Research Paper, Theses, and
Dissertarions (7th ed). Chicago: University of Chicago Press.
e. Buku yang Ditulis atas Nama Lembaga
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2009. Standar Kompetensi Jabatan
Fungsional Peneliti. Jakarta: LIPI.
f. Bunga Rampai
83
Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi | Vol 1 No 1 Desember 2012
Imron, M.B. 2005. Pola Komunikasi Kepemimpinan Taufik Abdullah. Dalam M.
Hisyam dkk. (Ed). Sejarah dan Dialog Peradaban: 81-92. Jakarta: LIPI
Press.
g. Prosiding
Tang, M. 2007. Nilai-Nilai Budaya di dalam Sastra Daerah yang Mendasari
Sekuritas Sosial Tradisional Ethis Bugis. Prosiding Kongres Internasinal
Bahasa-ahasa Daerah Sulawesi Selatan Tahun 2007: 219-232. Makassar,
222-25 Juli 2007: Pusat Bahasa Sulawesi Selatan.
h. Skripsi, Tesis dan Disertasi
Wijana,I. D. P.2007. Bias Gender pada Bahasa Majalah Remaja. Tesis, Fakultas
Ilmu Budaya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
i. Laporan Penelitian
Sumaryanto. 2008. Karkteristik Sosial Ekonomi Petani pada Berbagai
Agroekosistem. Lapoiran Penelitian, Pusat Analisis Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Bogor : Kementerian Pertanian.
j. Media Massa (Tanpa Nama Penulis)
Kambing Hitam Kemiskinan. 2006. Kompas, 25 November: 33.
k. Media Massa (Terdapat Nama Penulis)
Abimanyu, A. 2010. Kontroversi Dana Dapil. Republika, 7 Juni:1.
l. Tulisan Bersumber dari Internet (Tanpa Nama Penulis)
Guidelines for Proper Scientifict Conduct in Research. 2010.(
http://www.imperial.ac.uk/secretariat/policiesandpublication/otherpolici
es/properscientificicconnduct, diakses 25 Juni 2010)
m. Tulisan Bersumber dari Internet (Terdapat Nama Penulis)
Rustandy, T. 2006. Tekan Korupsi Bangun Bangsa.
(http:://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyd=1291, diakses
14 Januari 2007)
n. Makalah dalam Pertemuan Ilmiah, Kongres, Simposium. Atau Seminar yang
Belum Diterbitkan
Darsono, P.2004. Teripang PERLU Dilindungi. Makalah dalam Lokakarya Usulan
Jenis Satwa dan Tumbuhan yang Perlu Dilindungi di Indonesia. Bogor, 8
September: Pusat Penelitian Biologi LIPI.
o. Pustaka berupa Dokumen Paten
Sukawati, T.R. 1995. Landasan Putar Bebas Hambatan. Paten Indonesia
No.ID/0000114.
9. Contoh Penulisan Daftar Pustaka
1Rajangan, A. S., H. Yang, T. T. Teeri, and L. Aversted. 2008. Evolution of A Domain
Conserved in Microtulube-Associated Protein of Eukaryotes. Journal of
Advances and Applications in Bioinformatics and Chemistry, 1: 51-69.
2Moldoveanu, B. et al. 2009. Inflammatory Mecanism in the Lung. Journal of
Inflamation Research, 2: 1-11.
84